2 Bayi di Palembang Diduga Meninggal karena Kabut Asap

Karena kondisinya semakin parah, orangtuanya lalu membawa Latifa ke bidan di dekat rumah.

oleh Nefri Inge diperbarui 13 Okt 2015, 16:19 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2015, 16:19 WIB
Lagi, 2 Bayi di Palembang Meninggal Dunia karena Kabut Asap**
(Nefri Inge/Liputan6.com)

Liputan6.com, Palembang - Kabut asap kembali memakan korban jiwa. Setelah bayi 28 hari Muhammad Husin Sahputra di Palembang, Sumatera Selatan, kini ada dua bayi lagi yang meninggal diduga karena kabut asap.

Keduanya menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Bayi pertama bernama Latifa Ramadani dengan usia 1 tahun 3 bulan. Anak ketiga dari pasangan Herlina (31) dan Sugeng (38) itu menderita sesak napas dan muntaber parah pada Sabtu malam 10 Oktober 2015.

Karena kondisinya semakin parah, orangtuanya lalu membawa Latifa ke bidan di dekat rumah. Dari pemeriksaan bidan, latifa diketahui menderita gejala diare.

"Tapi Minggu pagi hingga sore, kondisi anak saya semakin melemah. Dia susah napas, seperti sesak napas," kata Herlina kepada Liputan6.com saat disambangi di kediamannya di Jalan Ponorogo RT 31 Kelurahan Sukajaya Palembang, Sumsel, Selasa (13/10/2015).

"Baru pukul 17.00 WIB, saya dan suami bawa ke Rumah Sakit Charitas naik mobil. Di sana, Latifa dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Kata dokter, anak saya cuma dehidrasi dan sesak napas. Malamnya kondisinya semakin melemah hingga Senin dini hari sudah koma," imbuh dia.

Dokter pun menyarankan agar Latifa dirawat di instalasi rawat intensif atau ICU. Namun karena orangtuanya tak mampu membayar biaya maka pada Senin siang 12 Oktober 2015 Latifa dipindahkan ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Bari Palembang.

Tapi nyawa bayi kelahiran Palembang, 19 Juli 2014 itu tak tertolong. Latifa mengembuskan napas terakhir pada pukul 17.00 WIB di RS Bari Palembang.

Pagi tadi, jenazah Latifa langsung dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Simpang Lima Lebung Siarang Palembang. Kedua orangtuanya merasa terpukul, namun mereka pun pada akhirnya ikhlas dengan kepergian anak tercintanya.

"Saya minta jangan lagi bakar hutan, sudah banyak korban bayi yang tidak bersalah. Karena kerakusan manusia. Sekarang kita juga bingung mau bayar biaya dua rumah sakit yang mencapai Rp 8 jutaan, suami saya hanya buruh bangunan," tutur dia.

"Latifa juga tidak terdaftar Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ataupun BPJS Kesehatan. Tadi kami juga dapat bantuan dari Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumsel, tapi belum saya buka," imbuh dia.

Korban Lainnya

Dua hari sebelumnya, tepatnya pada Minggu sore 11 Oktober 2015, bayi cantik bernama Arika Patina Ramadhani yang berusia 15 bulan meninggal dunia karena diduga terpapar kabut asap.

Putri pertama dari pasangan Muhammad Bakri (31) dan Asnayanti (27) ini meninggal setelah mengalami demam tinggi dan sesak napas.

"Usai pulang dari berkunjung ke rumah mertua di kawasan Plaju pada Sabtu sore (10 Oktober 2015), malamnya anak saya mengalami demam tinggi. Langsung saya bawa ke klinik dan anak saya didiagnosa sakit pernapasan," tutur Bakri.

"Tapi sampai Minggu pagi (11 Oktober 2015) kondisinya semakin melemah, langsung saya bawa ke RS Siti Khadijah Palembang dan masuk ke IGD," ungkap warga Jalan Swadaya, Kelurahan Pakjo, Palembang, Sumsel itu.

Dari diagnosa dokter, anaknya terinfeksi penyakit paru-paru dan langsung diberikan bantuan oksigen. Namun, pada Minggu sore kondisi anaknya semakin parah dan akhirnya mengembuskan napas terakhir.

3 Bayi

Kini total ada 3 bayi yang meninggal diduga korban kabut asap. Yakni Muhammad Husin Sahputra, Latifa Ramadani, dan Arika Patina Ramadhani. Hal ini dibenarkan oleh Kadinkes Sumsel Lesti Nuraini.

Dia mengatakan, ada tiga bayi meninggal yang kemungkinan diperparah oleh kabut asap.

"Ada tiga bayi yang meninggal, kemungkinan diperparah oleh kabut asap. Untuk bayi Latifa, saya sudah menanyakan ke Direktur RS Bari Palembang dan saat dibawa dari RS Charitas ke RS Bari sudah dalam kondisi sesak napas dan diare berat. Sudah sempat dirawat oleh dokter spesialis," tutur Lesti.

"Kita imbau kepada masyarakat, jangan menunggu penyakit semakin berat, langsung bawa ke dokter," imbuh dia.

Melihat besarnya dampak kabut asap terhadap kesehatan masyarakat di Sumsel, Dinkes Sumsel akan lebih mengaktifkan puskesmas keliling. Mereka akan melakukan jemput bola dengan mendatangi langsung masyarakat yang sakit.

"Kita juga sudah mendatangkan tim medis dari pusat, sudah dikirim ke Bayung Lincir dan Sungai Lincir di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Banyuasin. Salah satunya bantuan dari Bina Upaya Kesehatan (BUK) dari Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Persahabatan Jakarta," ujar dia.

Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel juga memberikan bantuan bedah rumah bagi keluarga Muhammad Husin Sahputra, bayi yang meninggal diduga karena kabut asap.

Bantuan bedah rumah diberikan langsung oleh Gubernur Sumsel Alex Noerdin, karena melihat kondisi rumah orangtua bayi ini sangat memprihatinkan. Lalu, bantuan lainnya berupa uang tunai kepada keluarga bayi Arika Patina Ramadhani. (Ndy/Ali)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya