Makam Dibongkar, Tulang Belulang Anggota PKI di Bali Akan Diaben

Tulang belulang tersebut ditemukan dengan kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah.

oleh Dewi Divianta diperbarui 29 Okt 2015, 15:38 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2015, 15:38 WIB
Pembongkaran kuburan massal eks anggota PKI
Pembongkaran kuburan massal eks anggota PKI di Jembrana, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Jembrana - Pembongkaran kuburan massal eks anggota PKI di Banjar Adat Mesean, Desa Pakraman Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali, masih berlangsung. Sekitar pukul 12.30 Wita, Kamis (26/10/2015), sudah 3 tulang belulang eks PKI berhasil ditemukan.

Saat ditemukan, tulang belulang itu tidak utuh. Hanya beberapa bagian yang ditemukan seperti tulang lengan dan serpihan tulang tengkorak. Sisanya kebanyakan tulang belulang tersebut sudah hancur dan menyatu dengan tanah.

"Mungkin karena mereka sudah terkubur sejak 50 tahun lebih. Makanya tulang belulangnya sudah hancur," terang Bendesa Pakraman Batu Agung Ida Bagus Mantra di Jembrana.

Namun demikian, pihaknya berharap kesembilan jasad eks anggota PKI yang terkubur di tempat itu bisa ditemukan. Apalagi pembongkaran tersebut dengan menggunakan alat berat.

Menurut Mantra, tulang belulang tersebut ditemukan dengan kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah. Namun letaknya bergeser sekitar satu sampai 1,5 meter ke arah barat dari tanda semula.

"Persisnya kuburan-kuburan tersebut dibawah jalan desa. Jadi terpaksa kami membongkar jalan," ucap Mantra.

Menurut dia, dengan didampingi saksi peristiwa, pihaknya optimistis ke sembilan jasad eks PKI itu seluruhnya bisa ditemukan. Selanjutnya akan dilaksanakan upacara pengabenan masal.

"Pengabenan dan pecaruan akan dilaksanakan oleh pihak Desa Pakraman Batuagung. Pihak keluarga, tidak kami mintai biaya," imbuh Mantra.

Langkah ini diambil, menurut dia, karena faktor kemanusiaan. Dia menilai mereka yang terkubur di tempat tersebut juga adalam manusia yang pantas dan layak mendapat perlakukan manusiawi, termasuk diaben atau diupacarai layaknya ajaran Hindu.

"Kami tidak berpikir bahwa mereka pengkhianat atau apapun itu. Yang jelas itu bukan urusan Desa Pakraman. Apa yang kami lakukan adalah semata-mata karena kemanusiaan," pungkas Mantra. (Ali/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya