Liputan6.com, Jakarta - Di tengah-tengah pencarian, tiba-tiba muncul seekor lumba-lumba, yang menampakan siripnya dua kali di permukaan laut.
Mamalia laut itu seakan ingin menunjukan sesuatu kepada tim SAR, meski pun tidak mengeluarkan suara lengkingan seperti biasanya.
Selang beberapa lama, jenazah Arifin mengambang di permukaan laut. Tim SAR kemudian mengitari lokasi penemuan jenazah warga Kelurahan Tegal Sari, Kabupaten Malang ini.
Tak berselang lama, lumba-lumba itu muncul lagi tak jauh dari lokasi semula. Sesosok jenazah kembali muncul tak lama binatang cerdas itu muncul.
Baca Juga
Kali ini ditemukan jenazah Toni Wijaya. Warga Kelurahan Ciptomulyo, Kota Malang itu mengambang tak bernyawa di permukaan laut. Tim SAR pun segera mengevakuasi.
Kedua jasad pemuda itu ditemukan sekitar 40 kilometer dari lokasi awal terseret ombak Pantai Bajul Mati.
"Munculnya lumba-lumba itu saya dengar dari radio komunikasi handy talky Tim SAR," kata Bowo, paman Arifin saat di kamar jenazah Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, Sabtu 2 Januari 2016.
"Saya sendiri mewakili pihak keluarga ada di tepi pantai selama proses pencarian. Saya tak tahu apakah lumba-lumba itu mendorong tubuh keduanya dari dasar laut atau seperti apa," sambung dia.
Â
Sementara, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang Aprilianto mengaku tak mendapat laporan dari anggota Tim SAR, terkait kemunculan lumba-lumba ini sebelum penemuan jenazah Arifin dan Toni.
"Saya tidak mendengar informasi itu. Tapi, bisa jadi lumba-lumba itu muncul," kata Aprilianto.
Munculnya lumba-lumba ini merupakan fenomena langka di tengah pencarian 3 pemuda yang terseret ombak saat selfie, di Pantai Bajul Mati, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat 1 Januari lalu. Persis saat hari pertama 2016.
Peristiwa nahas itu terjadi saat 5 remaja yakni Slamet, Soni Angga Kusuma, Toni Wijaya, Arifin, dan Mahendra Adi sedang berfoto selfie di bibir Pantai Bajul Mati yang memang sedang surut.
Sekitar pukul 06.00 WIB, tiba-tiba gelombang 2,5 meter muncul dan menggulung Soni serta kawannya. Mereka pun terseret ombak ke tengah laut yang dikenal ganas itu.
Pagi itu Soni berhasil diselamatkan. Selamet ditemukan tak bernyawa 45 menit setelah peristiwa nahas tersebut. Sementara Toni, Arifin, dan Mahendra masih hilang.
Mereka adalah warga Malang, Jawa Timur. Slamet, Soni, Toni warga Jalan Kolonel Sugiono, Ciptomulyo. Sedangkan Arifin, warga Kelurahan Tegal Sari, dan Mahendra warga Jalan Citrosono, Kepanjen.
5 Remaja itu bagian dari rombongan 8 orang yang ingin merayakan tahun baru 2016. Mereka berangkat dari Malang Kamis, 31 Desember 2015, pukul 20.00 WIB.
"Mereka tiba di Pantai Bajul Mati sekitar pukul 03.00 dini hari tadi dan langsung masuk ke dalam kawasan pantai itu untuk merayakan tahun baru," kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Bagyo Setyono saat dikonfirmasi, Jumat 1 Januari 2016.
Kini tinggal Mahendra yang belum ditemukan. Tim SAR terus berupaya mencari keberadaan warga Jalan Citrosono, Kepanjen, Malang itu.
Hilang
Lagi-lagi pantai selatan memakan korban. 2 Hari sebelum ombak menggulung 5 pemuda di Pantai Bajul Mati, seorang pemuda juga terseret ombak di Pantai Ambal, Desa Kenojayan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen.
Pemuda bernama Mafaqirul Huda itu hingga kini masih dalam pencarian anggota Basarnas. Dia merupakan warga Desa Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Siang itu, Mafaqirul bersama 4 temannya usai menghadiri resepsi pernikahan di Desa Kaibon, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen menuju ke Pantai Ambal mengendarai sepeda motor.
Tiba di Pantai Ambal, Mafaqirul langsung berenang besama 4 rekannya. Namun ombak besar tiba-tiba datang dan menggulung pemuda 21 tahun itu.
Komandan Basarnas yang memimpin pencarian, Maryadi mengatakan, hingga kini pencarian terus dilakukan dengan menyisir pantai dari tempat kejadian ke arah barat.
"Kami mencoba menyisir hingga 5 kilometer, sampai pantai Bulus Desa Sastro Jenar, Kecamatan Bulus dan arah timur sampai Desa Ambal Resmi, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen," kata Maryadi, Semarang, Jumat 1 Januari malam.
Jumat Maut
Liburan memang tidak selalu berakhir suka cita. Nasib serupa kembali dialami Rico Saputra (21) dan Fajar Ramadan (23) di Pantai Pulau Air, Kepulauan Seribu. 2 Pemuda 21 dan 23 tahun itu tewas setelah terseret ombakdi pantai pulau di utara Jakarta itu.
Jumat pagi 1 Januari 2016, sekitar pukul 07.00 WIB, Rico dan Fajar datang bersama 10 orang ke Kepulauan Seribu, dan bermalam di Pulau Pramuka.
Sehari kemudian, atau Sabtu 2 Januari, rombongan mengunjungi Pulau Air. Rico, Fajar dan seorang lagi temannya bernama Abror Muzakar berenang di pantai.
Saat asyik berenang, Rico tiba-tiba terseret ombak dan tenggelam. Fajar berusaha menolong Rico, namun dia malah ikut terseret gulungan ombak yang cukup deras itu.
Mengetahui Rico dan Fajar terseret ombak, Abror berteriak meminta tolong. Penjaga pantai dibantu warga langsung mencari Rico dan Fajar, namun nyawa keduanya tak bisa tertolong.
Belajar dari nasib Arifin bersama kawan-kawan, Mafaqirul, Rico dan Fajar, ada kalanya di saat kita besuka ria atau berlibur di tempat terbuka dan berisiko, kewaspadaan tetap diutamakan demi keselamatan.
Advertisement
Terlepas dari kepercayaan ganasnya pantai selatan yang kerap memakan korban atau faktor kelalaian, Tuhan punya rencana lain di balik peristiwa yang menimpa makhluknya. Dan setiap kematian sudah digariskan masing-masing.
Â