Liputan6.com, Jakarta - Keluarga mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meresmikan rumah pergerakan Griya Gus Dur di Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 8 Menteng, Jakarta Pusat. Putri Gus Dur, Yenny Wahid turut serta dalam acara peresmian dan pemberian Gus Dur Award 2016 kepada 3 orang tokoh itu.
Menurut Yenny, Griya Gus Dur ini merupakan sebuah rumah untuk mewadahi banyak lembaga-lembaga yang tentunya lembaga tersebut meneruskan perjuangan Presiden ke-4 RI selama ini. Tak hanya itu, dengan adanya Griya Gus Dur ini dapat membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya.
"Tadinya tempat-tempat perjuangan penerus Gus Dur ada banyak tapi kini dijadikan 1 agar lebih terkonsolidasi, bersinergis, dan fokus. Serta membuka ruang di masyarakat yang ingin lebih dekat lagi dengan ide-ide Gus Dur atau ingin berpartisipasi meneruskan perjuangan Gus Dur," ungkap Yenny di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/1/2016).
Griya Gus Dur, jelas dia, juga telah bekerja sama dengan lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. "Bahkan, kita juga akan mendunia seperti menjalin kerja sama dengan Google dan yang akan datang adalah Twitter."
Sebab, fokus kegiatan Griya Gus Dur ini adalah untuk melakukan sosialisasi tentang toleransi dan perdamaian melalui sosial media serta pemberdayaan ekonomi masyarakat. "Jadi fokusnya adalah untuk kampanye toleransi dan perdamaian dengan sosial media. Lalu juga ada pemberdayaan untuk ekonomi masyarakat, karena hampir dari setengah jumlah penduduk Indonesia masih di bawah garis kemiskinan. Salah satu gerakan kami adalah Wahid Foundation," beber Yenny.
Baca Juga
Yenny pun menegaskan, jika Griya Gus Dur tidak ada sangkut paut dengan politik di negeri ini baik tokoh politik atau pun partai politik. "Kami tidak mengusung wacana politik kecuali politik kebangsaan. Kami tidak meng-endorse partai dan tokoh politik mana pun. Kami hanya memberikan apresiasi bagi tokoh-tokoh politik yang bergerak di bidang politik dan selaras dengan pemikiran Gus Dur," papar Yenny.
Ada 3 tokoh yang menerima penghargaan yaitu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, dan Sutanto Mendut.
Ahok menerima penghargaan karena dianggap mampu mengusung pemerintahan yang bersih dan punya ketegasan dalam menegakkan aturan, lalu punya keberanian dalam menegakkan kebenaran bagi kepentingan masyarakat dan taat konstitusi.
Sementara Gus Mus adalah tokoh agama yang selama ini dianggap konsisten dengan mengkampanyekan toleransi khususnya di kalangan umat Muslim sendiri. Gus Mus bahkan sampai pernah menolak jabatan yang sangat spesial sebagai pimpinan tertinggi spiritual di Nahdathul Ulama (NU) dan itu adalah sikap yang sangat luar biasa.
Sedangkan Sutanto Mendut adalah tokoh sosial budaya dan berhasil menumbuhkan semangat budaya serta melakukan konsolidasi di kalangan komunitas Lima Gunung. Ia memberikan gerakan kepada petani Lima Gunung agar bisa berdaya mandiri dan melakukan pentas seni yang membangun komunikasi.