Reaktivasi Rel Kereta di Jawa Barat Terbatas Anggaran, Kapan Rampung?

Rencana reaktivasi sejumlah jalur rel kereta api di Provinsi Jawa Barat yang hingga kini belum berjalan maksimal

oleh Ilyas Istianur Praditya Diperbarui 23 Apr 2025, 13:01 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2025, 10:30 WIB
Rencana reaktivasi sejumlah jalur rel kereta api di Provinsi Jawa Barat yang hingga kini belum berjalan maksimal.
Rencana reaktivasi sejumlah jalur rel kereta api di Provinsi Jawa Barat yang hingga kini belum berjalan maksimal. (dok: Djoko Setijowarno)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyoroti rencana reaktivasi sejumlah jalur rel kereta api di Provinsi Jawa Barat yang hingga kini belum berjalan maksimal. Meski gagasan tersebut telah lama muncul, keterbatasan anggaran menjadi hambatan utama dalam realisasinya.

"Rencana reaktivasi sejumlah jalur rel di Jawa Barat bukan hal baru. Namun tidak berjalan maksimal, lantaran tidak didukung anggaran yang mencukupi," kata Djoko dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (23/4/2025).

Diketahui, Gubernur Jawa Barat saat ini, Dede Mulyadi, menyatakan keinginannya untuk mengaktifkan kembali seluruh jaringan kereta api yang ada di wilayahnya. Namun, inisiatif serupa juga pernah diusulkan oleh Gubernur sebelumnya, Ridwan Kamil.

Sayangnya, karena keterbatasan dana, hanya satu lintasan yang berhasil direaktivasi, yaitu jalur Cibatu–Garut sepanjang 19,3 kilometer, dengan pembiayaan yang sepenuhnya ditanggung oleh PT Kereta Api Indonesia.

14 Jalur Kereta Nonaktif

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkeretaapian tahun 2010, terdapat 14 jalur kereta api nonaktif di Jawa Barat, antara lain Banjar – Cijulang (83 kilometer), Cikudapateh – Ciwidey (27 kilometer), Dayeuhkolot – Majalaya (18 kilometer), Rancaekek – Jatinangor – Tanjungsari (12 kilometer), Cirebon – Jamblang – Jatiwangi – Kadipaten (67 kilometer).

Kemudian, Mundu - Ciledug – Losari (40 kilometer), Cibatu – Garut – Cikajang (47 kilometer), Jatibarang - Indramayu (19 kilometer), Cikampek – Cilamaya (28 kilometer), Cikampek – Wadas (16 kilometer), Kerawang - Lamaran – Rengasdengklok (21 kilometer), Lamaran – Wadas (15 kilometer), Mundu – Ciledug – Losari (40 kilometer), Tasiksmalaya – Singaparna (17 kilometer). Jalur Cibatu – Garut sudah dilakukan reaktivasi dan dioperasikan tahun 2022.

 

Hanya jalur Cibatu-Garut yang Berhasil Direaktivasi

Jalur Rel Kereta Api (KA) Bogor-Sukabumi.
Lebih dari 2.000 bangunan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, bakal tergusur proyek pembangunan double track atau jalur rel ganda kereta api (KA) Bogor-Sukabumi.... Selengkapnya

Dari daftar tersebut, baru jalur Cibatu–Garut yang telah berhasil direaktivasi dan kembali dioperasikan sejak tahun 2022.

Upaya reaktivasi jalur kereta api dinilai penting untuk mendukung mobilitas masyarakat, mengurangi kemacetan lalu lintas, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah yang terhubung.

Namun, tanpa dukungan anggaran yang memadai dari pemerintah pusat maupun daerah, cita-cita untuk menghidupkan kembali jaringan transportasi kereta api di Jawa Barat tampaknya masih akan terus menjadi wacana belaka.

 

Stasiun Tertinggi di Indonesia

Petugas teknisi PT KAI dan pekerja melakukan perbaikan jalur rel kereta api yang terdampak banjir di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (23/1/2025).
Petugas teknisi PT KAI dan pekerja melakukan perbaikan jalur rel kereta api yang terdampak banjir di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (23/1/2025). (Foto: Dokumentasi BNPB).... Selengkapnya

Stasiun Cikajang menjadi stasiun tertinggi di Indonesia yang berada di ketinggian 1.246 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Saat ini, stasiun aktif tertinggi oleh Stasiun Nagreg yang berada di aats ketinggian 848 mdpl. Stasiun ini sudah 43 tahun terbengkalai seiring dengan dihentikannya operasional jalur Cibatu – Garut – Cikajang tahun 1982 (Info Garut, 2025).

Jalur kereta api Cibatu – Garut – Cikajang selesai dibangun tahun 1930. R.H.J Spanjaard selaku kepala proyek pembangunan mengatakan. Jika jalur ini merupakan proyek tersulit pada masa itu, karena harus menembus pegunungan. Lantaran, jalurnya terjal.

"Jalur ini hanya bisa dilayani oleh lokomotif bermassa besar, seperti lokomotif CC10, CC50, D14 dan DD52," ujarnya.

Tahun 1970 merupakan masa kejayaan KA Cibatu – Garut – Cikajang, karena menjadi daya tarik para pecinta kereta api dari dalam maupun luar negeri. Jalur Cibatu – Cikajang memiliki panjang sekitar 47 kilometer. sedangkan jalur Garut – Cikajang sepanjang 28 kiloemeter.

Ada 4 stasiun yang dilewati, yaitu Stasiun Wanaraja, Stasiun Karangpawitan, Stasiun Garut, Stasiun Samarang, Stasiun Kamojan (922 mdpl), Stasiun Bayongbong (997 mdpl) dan Stasiun Cisurupan (1.216 mdpl).

Selain untuk mengangkut penumpang, Staiun Cikajang awalnya dibangun untuk jalur transportasi pengiriman hasil perkebunan. Cikajang sndiri merupakan salah satu daerah penghasil teh terbesar di Garut, sehingga jalur kereta ini membantu mengangkut theh dan juga hasil pertanian lainnya. Belanda sendiri di Cikajang mendirikan sekitar 5 perkebunan teh, yakni di Giriwas, Cisaruni, Cikajang, Papandayan, dan Darajat.

Jalur KA Cibatu – Garut – Cikajang merupakan jalur percabangan yang menghubungkan Stasiun Batu dengan Stasiun Cikajang melewati Kota Garut.

Jalur Cibatu – Garut sepanjang 19,3 km sudah dibangun kembali dan beroperasi pada 22 Maret 2022. Jalur ini dibangun oleh PT KAI selama dua tahun (2019–2022). Jalur Garut-Cibatu dibuka pertama kali pada tahun 1889 dan berhenti beroperasi pada tahun 1983.

"Manfaat reaktivasi jalur ini dapat mendukung perekonomian dan pariwisata daerah Garut. Akan mendulang kembali potensi pariwisata dan perekonomian masyarakat Priangan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya