Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, kini tinggal kenangan setelah moncong eskavator bergeliat ke kanan dan kiri menghancurkan tiap bangunan di lokasi yang terkenal dengan prostitusi dan perjudiannya itu.
Pembongkaran mulai berlangsung pada pukul 07.30 WIB. Alat berat yang menghancurkan bangunan mulai dari Jalan Kepanduan II Kalijodo itu dikawal petugas. TNI, polisi, dan Satpol PP bersiaga di kiri dan kanan eskavator.Â
Baca Juga
Dentuman dan gemuruh dinding-dinding bangunan yang menandakan runtuhnya Kalijodo menjadi tontonan warga. Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jalan Bandengan Utara, dan jalan yang berada di seberang Kalijodo dipadati warga yang hendak menonton dan menjadi saksi sejarah akhir riwayat Kalijodo.
Advertisement
Di tengah pembongkaran bangunan di Kalijodo, sejumlah warga menolak. Mereka menggelar aksinya dengan cara 'unik'. Apa saja? Berikut ulasannya:
Gantung 'Pocong'
Kawasan Kalijodo mulai dibongkar aparat. Pembongkaran berlangsung di bawah guyuran hujan lebat. Empat eskavator dan 4 buldozer sudah bergerak meratakan bangunan-bangunan di kawasan itu.
Kendati demikian, sekelompok warga masih bertahan di Kalijodo. Sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu. Hanya terlihat 4 orang laki-laki dan 5 anak-anak.
Warga yang mengaku tidak tidur itu berkumpul di salah 1 titik, yakni di rumah seorang tokoh Kalijodo bernama Leonard Eko Wahyu Widiatmoko.
Di titik tempat warga berkumpul digantung sebuah replika mayat yang dibungkus kain kafan menyerupai pocong dan satu kotak amal bertuliskan "Korban Ahok".
Ibu-ibu yang bertahan itu mengatakan sengaja berkumpul di rumah Leo agar tidak diintimidasi dan terpantau.
Advertisement
Kotak Amal 'Korban Ahok'
Puluhan warga Kalijodo masih bertahan. Mereka dengan santai berkumpul di 1 titik. Leonard Eko Wahyu Widiatmoko, seorang warga, dengan santai merokok dan bercengkrama dengan warga lainnya saat ratusan polisi melewati kediamannya, yang bertempat di gang pertama jalan Kepanduan II dari arah Jalan Pangeran Tubagus Angke.
"Ini rumah siapa, Bu? Pagi Ibu... Bongkar ini, periksa!" ujar seorang aparat dengan pengeras suara yang menggema di kawasan Kalijodo, Senin (29/2/2016).
"Kita akan tetap di sini, lebih baik di sini, rumah sendiri. Ini baru dibangun sebulan yang lalu," ujar Leo.
Sebagai bentuk protes atas pembongkaran itu, mereka membuat satu kotak amal yang bertuliskan 'Korban Ahok'. Kotak amal berwarna hitam itu ditempelkan di sebuah pohon.
Minta Doa Bersama
Warga Kalijodo di Penjaringan, Jakarta Utara, yang tetap bertahan meminta aparat gabungan, yaitu Satpol PP, Polisi, dan TNI menunda pembongkaran rumahnya. Leonard Eko Wahyu Widiyatmoko atau akrab disapa Leo meminta aparat membongkar rumahnya pada pukul 14.00 WIB.
"Saya minta diberi waktu hingga jam 2 dan minta bantuan untuk mengerahkan Satpol PP untuk mempercepat membawakan barang," ujar Leo kepada Kapolsek Penjaringan Rudi Setiawan di depan rumahnya, Senin (29/2/2016).
Ia juga minta waktu untuk berdoa sebelum rumahnya rata dengan tanah. "Saya mohon izin untuk melakukan doa bersama sebelum rumah dirobohkan," ucap Leo.
Sebanyak 5.000 personel gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP menyerbu kawasan Kalijodo Senin pagi ini untuk membongkar kawasan tersebut.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Muhammad Iqbal berjanji tak akan ada masyarakat yang terluka dalam pembongkaran kawasan, yang rencananya untuk ruang terbuka hijau. Jika masyarakat Kalijodo memaksa bertahan, pihaknya akan mengangkut yang bersangkutan ke kantor polisi.
Â
Advertisement