WNI Disandera Abu Sayyaf, TNI AL Perketat Wilayah Pesisir Sulut

Bupati Minut, Vonnie Anneke Panambunan menyambut positif kunjungan TNI AL ke wilayah pesisir.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 30 Mar 2016, 06:32 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2016, 06:32 WIB
20160219-Kasal Ade Supandi Pimpin Upacara HUT Pomal TNI AL Ke-70-Jakarta
Seluruh pasukan polisi militer TNI AL mengikuti upacara HUT Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal) ke-70 yang dipimpin oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi di Mako Puspomal, Jakarta, Jumat (19/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Airmadidi: Kasus disanderanya 10 Anak Buah Kapal (ABK) oleh kelompok militan Abu Sayyaf di wilayah Filipina Selatan membuat TNI Angkatan Laut memperketat pengamanan di wilayah pesisir. Salah satunya adalah di Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Provinsi Sulawesi Utara.

"Ini jalur transit laut daerah perbatasan. Setelah masuk melalui Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe, maka rute ke Manado adalah melalui Minut dan Bitung. Maka wilayah ini kita perketat pengamanannya," ujar Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal) VIII Laksamana Pertama (TNI) Manahan Simorangkir, saat mengunjungi Kabupaten Minut, Selasa 29 Maret 2016.

Manahan mengatakan, pihak TNI AL menilai sangat penting untuk mengamankan wilayah pesisir Kabupaten Minut yang bisa menjadi pintu masuk aktivitas di wilayah perbatasan.

"TNI-AL sangat penting dalam mengamankan pesisir Minut," tegas dia sambil menambahkan, peningkatan patroli laut dilakukan pihaknya.

Bupati Minut, Vonnie Anneke Panambunan menyambut positif kunjungan TNI AL ke wilayah pesisir.

"Minut merupakan daerah pantai dan kita punya 5 pulau. Makanya kami ingin dalam Forkopimda agar ada unsur TNI-AL. Sehingga pengamanan wilayah laut ini bisa diperketat," tutur Vonnie.

Kelompok garis keras Filipina Abu Sayyaf menyandera 10 awak kapal asal Indonesia di dekat Perairan Sulawesi Utara dan Filipina, Sabtu 26 Maret 2016. Sekretaris Kabinet Pramono Anung memastikan pemerintah akan menangkap penculik dan membebaskan para sandera.

Pramono menuturkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sedang mengumpulkan data para awak kapal yang disandera. Sementara, polisi dan TNI juga berkoordinasi untuk melakukan operasi pembebasan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arramanantha Nasir menyampaikan penyanderaan bermula dari pembajakan Kapal Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12 yang membawa 7 ribu ton batubara dan 10 awak WNI. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya