Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy meminta agar kasus meninggalnya simpatisan Djan Faridz saat konvoi diusut tuntas. Pria yang karib disapa Romi itu khawatir kasus itu akan menimbulkan keresahan.
"Untuk memenuhi rasa keadilan, kami berharap proses penegakan hukum dapat dilakukan sejelas-jelasnya agar tidak menimbulkan keresahan dan spekulasi yang tak berdasar," kata Romi kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (18/4/2016).
Romi pun ikut berduka atas peristiwa nahas yang terjadi pada Minggu 17 April 2016 di Yogyakarta.
"DPP PPP mengucapkan turut berdukacita atas timbulnya korban meninggal," ujar dia.
Baca Juga
Romi juga enggan mempermasalahkan adanya penolakan dirinya sebagai Ketua Umum PPP oleh Dewan Perwakilan Wilayah Yogyakarta. Menurut dia, hanya Yogyakartalah satu-satunya DPW yang ketua dan sekretarisnya tak hadir dalam Muktamar VIII di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta.
"Biarkan saja, nanti juga capek sendiri. Muktamar lalu kan jelas petanya, 1.062 versus 87 suara. Demokrasi memang tak pernah bulat, yang penting kita dengar suara mayoritas," tutup Romi.
Seorang simpatisan PPP kubu Djan Faridz meninggal dunia setelah menggelar Tabligh Akbar di Lapangan Mlati, Jalan Magelang, Sleman, Yogyakarta, Minggu 17 April.
Didin Bolewan (20) meninggal saat konvoi bersama ribuan massa simpatisan PPP asal Yogyakarta dan Jawa Tengah. Aksi itu dilakukan simpatisan Djan Faridz untuk menolak hasil Muktamar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta yang diselenggarakan PPP kubu Romi.
Didin meninggal diduga karena terkena bom molotov oleh pengendara lain sekitar pukul 14.20 WIB.