NU Jatim: Lebaran 6 Juli Insya Allah Tak Ada Perbedaan

Ada tiga hitungan berdasarkan Kitab Ephemeris, Kitab Irsyadul Murid, dan Muhammadiyah. Ketiganya menyimpulkan 1 Syawal jatuh pada 6 Juli.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Jul 2016, 11:43 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2016, 11:43 WIB
20150717-Pemantauan Hilal-Jakarta
Tim Rukyatul Hilal usai meneropong posisi hilal di Mesjid Al Musriyiin, Jakarta, Kamis (16/7/2015). Rukyatul Hilal dilanjutkan dengan sidang Isbat untuk menentukan jatuhnya Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Surabaya - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur memprediksi Lebaran 2016 berlangsung dalam waktu bersamaan. Apalagi penentuan awal Idul Fitri 1437 Hijriah pun tidak berbeda.

"Kita semua patut bersyukur dalam penentuan Idul Fitri tahun ini karena Allah telah mengatur peredaran rembulan dan matahari bisa dalam garis konjungsi astronomis yang sama," kata Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Abdus Salam Nawawi di Surabaya.

Menurut dia, posisi bulan dan matahari yang segaris itu membuat ijtimak sebagai pertanda lahirnya hilal jatuh pada waktu setelah ghurub Magrib, yaitu pukul 18.03-18.05 WIB, sedangkan matahari terbenam pukul 17.29 WIB.

"Kitab Ephemeris hisab rukyat mencatat irtifak hilal pada Senin, 4 Juli 2016 minus 1 derajat," kata Abdus yang didampingi Wakil Ketua PWNU Jatim HM Sholeh Hayat, Minggu, 3 Juli 2016, seperti dikutip dari Antara.

Hal itu, kata Abdus, tidak berbeda dengan rumus Kitab Irsyadul Murid yang ditulis KH Achmad Ghozali dari Pesantren Lanbulan Bangkalan, bahwa pada saat rukyatul hilal itu, posisi hilal minus 2 derajat di bawah ufuk.

Demikian juga hasil hitungan Muhammadiyah dalam Maklumat Nomor 1 Tahun 2016, bahwa pada Senin, 4 Juli itu, irtifak hilal minus 1 derajat, hilal belum wujud di seluruh Nusantara.

"Ketiga hasil hitungan menyimpulkan bahwa 1 Syawal akan jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016. Insya Allah tidak ada perbedaan karena tinggi hilal saat Magrib masih minus menurut semua sistem hisab, baik haqiqi, tadqiqi, maupun taqribi," ucap Abdus.

Namun kaum Nahdliyin, menurut Abdus, tetap melakukan rukyatul hilal pada Senin, 4 Juli. Demikian juga sidang isbat pada Senin, 4 Juli akan didasarkan hasil rukyatul hilal bil fikli dan penggenapan umur Ramadan menjadi 30 hari.

"Jadi, penetapan Idul Fitri bukan atas dasar istikmal bil hisab atau bil astronomi, akan tetapi konsisten sesuai dengan hadis shoheh muktabar, yaitu istikmal bir rukyah," kata dosen Fakultas Syariah pada UIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Tim Falakiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya akan melakukan pemantauan rukyatul hilal pada Senin, 4 Juni di Pantai Nambangan, Surabaya.

Wakil Sekretaris PCNU Surabaya Moch Faisol menjelaskan, pihaknya melakukan rukyatul hilal itu dengan melibatkan seluruh ahli falak dari PCNU Surabaya dengan dibantu MWC NU Bulak Surabaya.

"Hasil dari rukyat ini akan disampaikan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, untuk selanjutnya dilaporkan ke pemerintah sebagai bahan sidang isbat. Untuk itu, kami minta masyarakat menunggu hasil sidang isbat," ujar Faisol.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya