Liputan6.com, Jakarta - Seorang penyandang tuna netra, rela menghabiskan waktunya membantu dan merawat puluhan anak-anak kurang mampu. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak itu, dirinya menjadi pemecah batu bata.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (10/7/2016), terik panasnya matahari di pinggir Jalan Cipinang Jaya, Jakarta Timur, tak membuat Sarono mengendurkan semangatnya menghancurkan batu bata dengan dibantu salah seorang keponakannya.
Pria berusia 58 tahun ini atau biasa di panggil mbah Rono, dengan cekatan menghancurkan pecahan batu bata untuk dijadikan pasir pencampur bahan bangunan.
Advertisement
Sudah 10 tahun, Sarono menggeluti profesinya sebagai pemecah batu bata. Bahan baku bata dia peroleh dari toko bangunan di sebelah rumahnya. Sejak pukul 9 pagi hingga 5 sore, Sarono mampu menghasilkan beberapa karung pasir batu, yang dijual Rp 10 ribu per karungnya.
Awalnya Sarono hidup normal, bahkan puluhan tahun Sarono menjadi supir bemo. Namun penglihatan matanya mulai menurun memasuki usia 40 tahun, Surono pun mengalami kebutaan.
Namun di tengah keterbatasannya, Sarono menjadi penerang dalam gelap bagi puluhan anak-anak kurang mampu di kampungnya. Mereka dijadikan anak asuh. Segala kebutuhan hidup anak-anak ini dibantu, terutama kebutuhan akan pendidikan.
Kini puluhan anak kurang mampu di Cipinang Jaya, Jakarta Timur, kembali melanjutkan sekolah berkat mbah Rono.
Sarono bukanlah sosok berkecukupan secara ekonomi. Namun di dalam keterbatasannya, ia ternyata banyak memberi. Terutama memberi harapan masa depan untuk anak-anak yang membutuhkan.