Liputan6.com, Samarinda - Berteman boneka kesayangan, bocah korban ledakan di Samarinda, terus menjalani perawatan intensif. Sejak Rabu pagi, 16 November 2016, tiga korban ledakan bom Gereja Oikumene di Sengkotek, Samarinda seberang, sudah berada dalam satu ruangan khusus anak, Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahrani Samarinda.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (16/11/2016), lima orang dokter spesialis anak, anastesi, kulit dan kelamin, serta paru secara intensif terus memantau perkembangan.
Dari ketiga korban yang mengalami luka bakar, yang terparah adalah Triniti Hutahaya dengan kondisi luka bakar mencapai 58 persen. Sedangkan dua korban lain yang baru dipindahkan dari Rumah Sakit Abdul Moeis, Selasa malam, 15 November 2016, yakni Alfaro dan Anita Kritobel, masing-masing mengalami luka bakar 16 persen.
Advertisement
Dari data rekam medik Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahrani, kondisi Triniti Hutahaya sudah jauh lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya. Saat ini Triniti sudah mampu menangis sebagai bukti bersihnya gas beracun. Triniti juga sudah bisa berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
Kondisi Triniti Hutahaya mendapat perhatian khusus dari tim dokter rumah sakit lantaran kondisinya jauh lebih parah dari dua korban lain.
Sebelumnya, satu dari empat korban ledakan gereja meninggal dunia di ruang perawatan. Korban bernama Intan Olivia itu meninggal akibat luka bakar mencapai 75 persen.