Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menjawab keraguan anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat, Erma Suryani Ranik. Erma sebelumnya mengaku heran dengan penangkapan tersangka pelaku makar. Sebab, melihat usia dan kondisi kesehatan tersangka, misalnya Rachmawati Soekarnoputri, penangkapan itu dirasakan janggal.
"Kenapa kami sangat concern? Karena dari segi usia sangat aneh. Segi akses terhadap upaya makar agak kurang sesuai syarat," tutur Erma di Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016).
"Ibu Rachmawati duduk di atas kursi roda. Saya khawatir tindakan ini aparat kepolisian jadi sangat represif. Dulu dikit-dikit ditangkap. Ini membuat orang tidak kritis terhadap pemerintah," kata dia.
Advertisement
Menanggapi hal itu, Tito pun menjawab bahwa usia maupun kondisi fisik tidak otomatis membuat seseorang tidak berdaya dalam berbuat makar. Justru asumsinya adalah mereka punya pengalaman dan mampu menggerakkan massa.
"Enggak harus beliau turun langsung dobrak pagar DPR. Tapi bisa dilakukan dengan melakukan setting, desain kegiatan. Justru yang senior yang bisa. Pengalaman," ujar Tito.
Menurut Tito, para pemuda akan dimanfaatkan oleh aktor di balik makar untuk mendobrak dan menduduki DPR demi menggelar sidang istimewa. Karena itu, tidak salah jika Polri menangkap 11 tersangka makar yang didominasi tokoh-tokoh senior yang sudah lanjut usia.
"Yang muda ini itu muscle-nya. Ototnya yang muda, jadi tidak menjamin. Tidak harus dari segi fisik, usia. Makin usia matang, makin matang bergerak dengan taktik lapangan. Kita akan terus proses ini," tutur Tito.