Panglima TNI Ingatkan Sejarah Uni Soviet, Pecah karena Perbedaan

Gatot mengingatkan lagi agar masyarakat benar-benar menjaga dan merawat kebhinekaan yang sudah dipupuk sejak lama.

oleh Oscar Ferri diperbarui 16 Des 2016, 17:41 WIB
Diterbitkan 16 Des 2016, 17:41 WIB
20161030-Panglima-TNI-HA3
Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo memasuki lapangan Kopassus grup 1, Serang, Banten, Minggu (30/10). Gatot memberikan pernyataan kepada TNI agar para prajuritnya tidak tersekat-sekat dalam suku, agama dan golongan. (Liputan6.com/Helmi Affandi)

Liputan6.com, Jatinangor - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kembali mengingatkan pentingnya masyarakat Indonesia menjaga kebhinekaan atau keberagaman. Sebab, sudah banyak negara atau bangsa yang mengalami perpecahan karena adanya perbedaan.

"Saya ingatkan, Uni Soviet, sekarang ini Rusia, dulu negara adidaya yang kuat. Tapi dalam waktu singkat menjadi 15 negara karena perbedaan bahasa, agama, karena ekonomi," ujar Gatot di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Jawa Barat, Jumat (16/12/2016).

Di Indonesia, lanjut dia, begitu banyak perbedaan. Mulai dari agama, bahasa, suku, etnis, sampai warna kulit pun berbeda. Tapi sudah berpuluh-puluh tahun kebhinekaan itu dijaga dan dirawat dengan baik.

Untuk itu, Gatot mengingatkan lagi agar masyarakat benar-benar menjaga dan merawat kebhinekaan yang sudah dipupuk sejak lama itu. Karena jika tidak, Indonesia bisa bernasib seperti Uni Soviet.

"Indonesia sukunya beda, bahasanya beda, warna kulitnya beda, kondisi ekonominya berbeda, punya beribu pulau. Maka kalau tidak dijaga kebhinekaan itu, maka (Indonesia) akan hancur," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya