Kisah Toro, 12 Tahun Memandikan Jenazah di RS Polri

Toro menjalani pekerjaannya dengan besar hati dan menganggapnya sebagai ibadah.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Des 2016, 09:17 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 09:17 WIB
20161221- Tiga Ambulan Angkut Jenazah Terduga Teroris Tangsel-Helmi Afandi
Jenazah salah satu terduga teroris di dalam mobil ambulans, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/12). Jenazah terduga teroris Tangerang Selatan akan dibawa ke RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah 12 tahun Toro menjalani pekerjaannya di Rumah Sakit Bhayangkara Raden Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur. Dia merupakan pekerja di kamar jenazah di rumah sakit yang dikenal dengan nama RS Polri itu.

Kamar jenazah di rumah sakit ini, terkenal dengan kiriman jasad yang tidak biasa. Seperti, jenazah korban kecelakaan, pembunuhan, hingga teroris. Jasad yang berada di kamar jenazah tersebut pun tidak selalu masih utuh.

"Saya sudah bekerja di sini sejak tahun 2004," ujar pria bernama lengkap Toro Margen ini di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa 27 Desember 2016.

Ayah lima anak ini mengaku takut, saat awal-awal ditugaskan untuk memandikan jenazah. Terlebih jenazah korban kecelakaan dengan kondisi mengenaskan. Usianya kala itu baru sekitar 14 tahun.

"Takut, Mbak, awal-awal apalagi kalau disuruh mandiin jasadnya itu tengah malam, malah saya cuma berdua," ujar pria berusia 26 tahun ini.

Berangsur dan sejalannya waktu, ketakutan Toro menghilang. Dia tidak lagi takut atau pun jijik dengan aroma yang menyengat dari jasad yang dia mandikan tersebut.

"Nggak takut lagi sekarang. Kalau awal-awal mah takut banget. Malah cium bau jasad aja saya sempet muntah, cuma sekarang mah udah biasa aja," kata dia.

Dia menjalani pekerjaannya dengan besar hati dan menganggapnya sebagai ibadah. Sebab, suatu saat, dia pun akan meninggal dunia.

"Iya lama-kelamaan hati saya terenyuh, toh juga nanti kita semua akan menjadi jasad ya. Wong itung-itung amal," ucap Toro.

Ia menuturkan, selama ia menjadi penjaga jenazah di RS Polri, tidak ada hal aneh yang menimpanya. "Jasad di sini mah baik-baik, nggak pernah ngeganggu, begitu pula dengan saya."

Toro juga tidak ragu dan takut untuk tidur di sebelah kamar transit jenazah. Baginya, pekerjaannya saat ini adalah hal paling bagus untuk beramal walaupun gajinya tidak begitu besar. Dia menjalani dengan ikhlas.

"Ya namanya juga buat anak, apa juga saya lakuin. Toh ini juga pekerjaan yang mulia kok," Toro menutup pembicaraan.

(Cynthia Lova)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya