Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto memilih tak banyak berkata terkait aksi teror bom Bandung, tepatnya di Taman Pandawa, Cicendo, Kota Bandung dan pembakaran Kantor Kelurahan Arjuna, Senin kemarin.
Keengganan Wiranto karena banyak pihak mulai mengaitkan efektifitas dari program deradikalisasi pemerintah, yang dalam hal ini dijalankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Wiranto menyerahkan segala sesuatunya terkait penanganan bom Bandung kepada Kepolisian. "Enggak itu. Itu polisi saja. Tanya polisi yang tahu," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Advertisement
Wiranto enggan ditanya lebih lanjut. Sambil memasang muka masam, politikus senior Partai Hanura ini langsung masuk mobilnya dan menuju Istana, untuk rapat terbatas dengan Presiden.
Sebelumnya pada November 2016, Menko Polhukam Wiranto pernah menggelar rapat dadakan di kantornya bersama Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Jenderal Budi Gunawan dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius, berkaitan evaluasi program deradikalisasi.
Dia menuturkan, saat ini program deradikalisasi yang dijalankan BNPT menitikberatkan pada metode pendekatan lunak (soft approach). Pemerintah, lanjutnya, menghindari cara penanggulangan terorisme yang bersifat keras (hard approach) terhadap pelaku.
Di sisi lain, lanjut Wiranto, dalam program deradikalisasi, BNPT telah mendata orang-orang yang pernah terlibat dalam aksi terorisme. Pemerintah pun berupaya melakukan pendekatan dan menyadarkan mereka dari ideologi radikalisme.
"Yang terpenting itu soft approach, menyadarkan mereka. Mereka yang melakukan teror itukan saudara kita juga, yang barangkali sedang khilaf, dicekoki ideologi lain. Toh sekarang ini pemerintah sudah berusaha keras untuk membangun yang namanya kemakmuran dan keadilan," kata Menko Polhukam Wiranto.