Liputan6.com, Jakarta - Militer Filipina tengah berjibaku menghadapi kelompok militan di Kota Marawi. Presiden Rodrigo Duterte menetapkan darurat militer di sepertiga bagian selatan negeri jiran itu pada 23 Mei 2017. Ada 16 WNI yang terdeteksi tengah berada di sana.
Menko Polhukam Wiranto mengatakan, WNI tersebut bukanlah anggota ISIS. Dia menyebut data ini diperolehnya dari Badan Intelijen Negara (BIN).
Baca Juga
"Hasil penyelidikan dari BIN, kan di sana kita lihat yang berangkat ke sana yang tercatat kan Jamaah Tablig," ucap Wiranto di kantornya, Rabu (31/5/2017).
Advertisement
Menurut dia, Jamaah Tablig bukan organisasi ekstrem. Mereka adalah organisasi yang betul-betul berdakwah.
"Bukan organisasi yang bergerak di bidang politik dan terorisme, betul-betul dakwah, kebetulan dia memang lagi dakwah di sana, terperangkap oleh satu pertempuran itu," lanjut Wiranto.
Dia berjanji pemerintah akan mengeluarkan 16 WNI dari Filipina. Sejumlah upaya akan ditempuh karena tak mudah untuk mengeluarkan mereka dari area tersebut.
"Kita segera ya atau kita berusaha menyelesaikan itu dan berusaha mengeluarkan mereka dari sana. Tidak mudah kan, mengeluarkan sekelompok orang yang dikepung oleh tentara, itu kan perlu waktu," Wiranto menjelaskan.
Dia mengatakan, upaya mengeluarkan WNI itu tengah dilakukan. Dia juga terus berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri dan BIN.
"Terus kita lakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, dan badan-badan intelijen yang kita miliki," tandas Wiranto.
Sebelumnya, ada tujuh warga negara Indonesia dipastikan menjadi buron kepolisian Filipina atas kasus terorisme. Bahkan, Kepolisian Filipina telah mempublikasikan empat dari tujuh nama dan foto WNI itu ke akun Facebook mereka sejak Senin 29 Mei 2017.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul membenarkan adanya informasi itu.
"Benar. Kami juga sudah terima informasi itu. Informasi dari kepolisian Filipina," ujar Martinus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/5/2017).