Liputan6.com, Serang - Bangunan berukuran 3 x 4 meter itu tak lagi berdiri tegak. Dindingnya yang terbuat dari kayu dan bambu tua itu tak tertutup rapat. Tak ada genteng di atapnya, yang ada hanya tumpukan spanduk bekas.
Rumah yang berdiri di tanah seluas sekitar 90 meter persegi di Kampung Palembangan, Desa Dukuh, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten tersebut dihuni oleh sebuah keluarga beranggotakan 13 orang.
Ketika malam tiba, mereka harus tidur berdesakan di lantai kayu tua beralas tikar lusuh.
Advertisement
Sarbini, kepala keluarga di rumah itu, mengatakan rumah tersebut dibangunnya pada 1991. Ketiadaan uang untuk membangun kembali rumahnya yang hanyut oleh banjir.
Penghasilannya yang tak tentu sebagai buruh tani hanya cukup untuk menyambung hidup.
"Sejak 91-an. (Anak-anak) Sejak lahir di sini. (Saya) Kelahiran sini. Berkeluarga, sampai beranak banyak. Yang ada 12 anak. Ini tanah sendiri dari orangtua," kata Sarbini saat ditemui Liputan6.com, Serang, Selasa (1/8/2017).
Was-was, itu yang dirasakan pria 52 tahun tersebut dan anak-anaknya ketika hujan turun. Bagaimana tidak? Rumah bekas kandang kambing itu bocor di sana-sini saat hujan. Terlebih jika hujan turun disertai angin kencang. Sarbini khawatir rumahnya akan tubuh.
Namun, dia masih bersyukur dengan kondisi keluarganya tersebut. Dia masih bisa bekerja, makan dan berteduh, jika dibanding keluarga lain yang harus menumpang dan menggantungkan hidup kepada tetangga.
Saksikan video berikut ini: