Liputan6.com, Jakarta - Paham radikal mulai merasuk ke kalangan muda, khususnya mahasiswa dan pelajar. Survei Mata Air Fondation dan Alvara Research Center menunjukkan 23,4 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam atau khilafah.
"Penetrasi ajaran intoleran sudah masuk di kalangan pelajar, kemudian diperkuat saat menjadi mahasiswa melalui kajian-kajian di kampus," ujar CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali, dalam pemaparannya di Jakarta, Selasa (31/10/2017).
Menurut dia, pelajar dan mahasiswa masih dalam masa pencarian jati diri. Oleh karena itu, mereka masih rentan terhadap doktrin radikalisme dan intoleransi.
Advertisement
"Pelajar SMA dan mahasiswa adalah masa pencarian jati diri yang rentan terhadap apa pun, termasuk ajaran intoleransi dan radikalisme. Dan pelajar dan mahasiswa nantinya akan mensuplai tenaga kerja di sektor-sektor strategis negara," kata Hasanuddin.
Menurut dia, dari survei ini diketahui, ada 23,5 persen mahasiswa dan 16,3 pelajar menyatakan negara Islam perlu diperjuangkan untuk penerapan agama secara kaffah (keseluruhan).
"Lalu ketika ditanya tentang perda syariah, ada 21,9 persen pelajar dan 19,6 persen mahasiswa setuju perda syariah untuk mengakomodasi penganut agama mayoritas," ujar Hasanuddin.
Dia menuturkan mayoritas pelajar dan mahasiswa memang setuju dengan NKRI sebagai bentuk negara dibanding khilafah. Namun, perlu diingat, ada 17,8 persen mahasiswa dan 18,3 persen pelajar yang memilih khilafah dibanding NKRI. Jumlah ini tidak bisa diremehkan.
Demikian juga tentang ideologi Pancasila, ada 18,6 persen pelajar memilih ideologi Islam dalam bernegara dibanding Pancasila, sedangkan 16,8 persen mahasiswa memilih ideologi Islam dibanding Pancasila.
"Soal pemimpin nonmuslim 29,5 persen pelajar dan 29,7 persen mahasiswa menyatakan tidak akan mendukung pemimpin nonmuslim. Menurut saya, ini angkanya luar biasa dan warning yang perlu kita tangkap," jelas Hasanuddin.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Alarm
Hasanuddin menegaskan, temuan survei ini merupakan alarm bagi segenap komponen bangsa. Khususnya, lanjut dia, bagi pemerintah dan ormas-ormas Islam moderat.
Perlu ada perumusan tentang penyampaian ajaran-ajaran agama Islam agar sesuai dengan gaya anak muda saat ini.
Survei Alvara dilakukan untuk mengukur sikap dan pandangan keagamaan kalangan pelajar SMA dan mahasiswa di Indonesia.
Survei dilakukan terhadap 1.800 mahasiswa di 25 perguruan tinggi unggulan di Indonesia, serta 2.400 pelajar SMAN unggulan di Pulau Jawa dan kota-kota besar di Indonesia. Pelajar dan mahasiswa yang disurvei menggeluti bidang studi bidang pertahanan keamanan, keuangan, energi pangan, telekomunikasi, kesehatan, pendidikan, dan manufaktur.
Riset menggunakan pendekatan kuantitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka pada kurun waktu 1 September-5 Oktober 2017. Semua responden beragama Islam dengan populasi seimbang antara pria dan wanita.
Advertisement