Ketua MPR Ajak Kids Zaman Now Bersama-sama Memajukan Indonesia

Menurut Zulfikli Hasan, Sekarang Sudah Waktunya Generasi Muda yang Bergerak Memajukan Indonesia

oleh Cahyu diperbarui 15 Nov 2017, 16:14 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2017, 16:14 WIB
Zulfikli Hasan
Menurut Zulfikli Hasan, Sekarang Sudah Waktunya Generasi Muda yang Bergerak Memajukan Indonesia

Liputan6.com, Lubuklinggau Ketua MPR RI, Zulfikli Hasan, mengakui bahwa sudah banyak hal yang berhasil dicapai oleh Indonesia sejak merdeka 72 tahun yang lalu dan sejak reformasi 19 tahun lalu. Ia mengatakan, contoh kemajuan yang berhasil dicapai setelah reformasi adalah otonomi daerah dan luasnya pembangunan.

Walaupun begitu, menurut Zulfikli, masih banyak masalah di Indonesia yang harus segera diperbaiki jika ingin menjadi negara yang maju. Dirinya pun mengajak seluruh masyarakat, khususnya "kids zaman now" alias generasi muda, untuk bersatu padu memajukan Indonesia.

"Indonesia harus bergerak maju, tidak boleh berjalan mundur. Juga tidak boleh bergerak di tempat atau kalau kata ibu Megawati, poco-poco, enggak maju-maju," ujar Zulfikli, dalam pidatonya di acara Silaturahmi Kebangsaan di Gedung Kesenian Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (15/11/2017).

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut menjelaskan bahwa setidaknya ada lima "PR" besar yang harus diselesaikan. Zulfikli pun menjabarkan masalah itu satu per satu.

Pertama, masih adanya kemiskinan yang ekstrem. Buktinya, hingga kini masih ada masyarakat yang kelaparan sampai meninggal.

"Kalau ada orang mati karena miskin, berarti negara ini telah melanggar konstitusi," ucap Zulfikli.

Kedua, kesenjangan sosial ekonomi. Terlebih di zaman sekarang ini yang semakin mudah mengakses media dan media sosial, semua hal yang mewah-mewah dan dimiliki oleh orang kaya bisa terlihat. Akibatnya, dapat terjadi kecemburuan sosial.

Zulfikli mengatakan, pemerataan pertumbuhan ekonomi memang belum tersebar merata di seluruh Indonesia. Ia menjelaskan, Product Domestic Bruto (PDB) di Sumatera sebesar 20 persen, di Indonesia bagian Timur 18 persen, sedangkan sisanya masih terpusat di Jawa. Konsentrasi pertumbuhan ekonomi 45 tahun terakhir masih terpusat di Jawa.

"Sulit mempersatukan bangsa kalau kesenjangannya masih tinggi. Jadi, kita harus berjalan maju menuju Pancasila dan NKRI," kata Zulfikli.Zulfikli Hasan dan anak-anak LubuklinggauIa melanjutkan, masalah yang ketiga adalah ketidakadilan hukum. Padahal, imbuhnya, kalau masih ada injustice, kemajuan bangsa akan terhambat.

Masalah selanjutnya ialah korupsi. Menurut Zulfikli, meskipun kinerja KPK sudah bagus tetap tidak akan membuat orang takut korupsi kalau peraturan tidak dibenahi dan masyarakatnya tidak diedukasi. Jika masyarakat masih menjalani kebiasaan NPWP (nomor piro wani piro), maka masalah korupsi tidak akan selesai.

"Jadi jangan biarkan KPK bekerja sendirian," ujarnya.

Masalah terakhir yang disebutkan Zulfikli, tetapi menurutnya justru paling mengkhawatirkan adalah distrust atau ketidakpercayaan. Adanya distrust ini membuat NKRI jadi tidak bisa terwujud.

"Katanya gotong royong dan senasib sepenanggungan, tapi saling menista, menghujat, dan melaporkan," ucapnya.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, Zulfikli mengajak seluruh masyarakat untuk bergerak maju, serta memperkuat kembali Merah Putih dan persatuan bangsa. Ia juga mengingatkan untuk selalu menjunjung Pancasila. Menurutnya, Pancasila merupakan landasan untuk kita bergerak maju.

Dalam hal memajukan Indonesia, Zulfikli sekali lagi mengatakan bahwa ia menaruh harapan besar pada generasi muda. Menurutnya, masa depan Indonesia merupakan masa depan anak-anak muda sekarang.

Karena itu, ia mengatakan, generasi muda harus menjadi masyarakat yang cerdas. Sebab, untuk memenangkan persaingan, kita harus berperang menggunakan ilmu dan strategi.

Selain itu, generasi "zaman now" imbuh Zulfikli, adalah generasi yang paham dan bangga dengan daerahnya. Memahami sejarah, budaya, adat, dan tata krama daerahnya. Juga bangga akan bangsanya.

 

 

(*)

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya