Trauma Berat, Korban Pedofil Tangerang Sampai Gangguan Jiwa

Salah seorang korban predator anak di Tangerang dicabuli hingga 17 kali hingga mengalami gangguan jiwa.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 07 Jan 2018, 06:03 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2018, 06:03 WIB
[Bintang] Ilustrasi Pedofilia
Mengenal pedofilia lebih jauh. (Sumber Foto: medium.com)

Liputan6.com, Tangerang - Beratnya trauma dan rasa sakit yang dialami, membuat korban pencabulan oleh predator anak WS alias Babeh di Tangerang, sampai mengalami gangguan jiwa.

Hal ini diungkapkan Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Kabupaten Tangerang, Nadli Rotun.

Setelah menjadi korban Babeh, ujar Nadli, perilaku salah seorang anak berubah drastis.

"Anak tersebut sering marah-marah bahkan sering mengancam akan membunuh ibunya," kata Nadli.

Korban yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs) tersebut, ucap Nadli, paling sering menjadi sasaran nafsu syahwat WS. Sehingga korban yang paling menderita secara fisik maupun psikis.

"Korban 17 kali digauli," dia menambahkan.

 

Minum Pelor Gotri

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Dari segi usia, korban tersebut memang lebih tua dari korban lainnya. Dia juga merupakan korban pertama setelah predator anak, WS, pindah ke Kecamatan Rajeg.

"Sebenarnya ada tiga yang seusia. Namun dua anak lainnya tidak bisa ditemui. Jumlah korban ada 41, empat anak saat di Gunung Kaler," dia menerangkan.

Nadli mengakui, korban sebelumnya diminta meminum pelor gotri saat ritual menurunkan ajian semar mesem. Namun, itu ternyata hanya akal-akalan pelaku.

Sebab, sebenarnya pelaku tidak memiliki ajian yang dikenal untuk pengasihan terhadap lawan jenis tersebut. Akibatnya, para korban mengalami mual-mual.

"Bahkan saat trauma healing pertama, ada yang sampai muntah-muntah, sampai kita tak tega melihatnya," kata Nadil.

 

Marah-Marah

Ilustrasi Kekerasan Pada Anak
Ilustrasi Kekerasan Pada Anak (iStock Photo)

Dari pengakuan korban, setelah meminum gotri tersebut mereka merasa melayang seperti mabuk.

"Nanti setelah sadar mereka merasa lemas, kemudian marah-marah, bahkan ada yang mengamuk sambil membawa golok," dia menjelaskan.

Hingga kini, baik KPAI dan P2TP2A masih berusaha melakukan trauma healing kepada puluhan korban.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya