Liputan6.com, Kuala Lumpur - Di balik ketenaran Kedah sebagai "Jelapang Padi Malaysia", tersimpan sebuah kisah inspiratif dari kampung kecil yang menjelma menjadi destinasi wisata unggulan sejak tahun 2004. Namanya Farmstay Relau, sebuah kampung wisata yang lahir dari semangat kolektif warga dan visi para tokoh lokal seperti Tuan Haji Abd Razak, Bapak Ali, dan Datuk Sahariman.
"Di Kedah ini, ramai orang kerja sawah. Kami ini lumbung padi untuk Malaysia. Tapi kami juga lihat peluang besar dari pelancongan," ujar Tuan Haji Abd Razak, pemilik Farmstay Relau pada Sabtu (19/4/2025).
Advertisement
Farmstay Relau tak hanya menyuguhkan suasana desa yang asri dan nyaman, tetapi juga menjadi contoh nyata kolaborasi warga untuk membangun kampungnya.
Advertisement
Dengan konsep kampung pelancongan yang terdaftar di Kementerian Pelancongan Malaysia, tempat ini menghadirkan pengalaman berbeda bagi wisatawan: tinggal di homestay, menyantap kuliner tradisional, dan berbaur dengan kehidupan warga.
Keunikan Farmstay Relau terletak pada pendekatannya yang mengangkat kearifan lokal. Acara tahunan seperti jamuan Lebaran yang diselenggarakan sejak 2004, menjadi momen yang selalu dinanti masyarakat.
Makanan gratis disajikan untuk seluruh warga dan tamu yang hadir, tanpa undangan formal.
"Warga sudah tahu. Cukup diberitahu lewat masjid, semua akan datang," kata Tuan Haji Abd Razak.
Dalam aspek ekonomi, kampung ini juga berkembang pesat. Homestay ditawarkan mulai dari RM220 per malam, dengan variasi kapasitas hingga empat kamar seharga RM700. Wisatawan medis dari Indonesia menjadi salah satu pasar utama karena lokasi kampung ini yang dekat dengan rumah sakit besar seperti di Penang dan Sunway.
Kunjungan Wisatawan Asing
Tak hanya itu, Farmstay Relau juga sering dikunjungi wisatawan dari Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara ASEAN lainnya. Dalam setahun, lebih dari 40.000 pengunjung lokal dan sekitar 2.000 wisatawan mancanegara datang ke kampung ini.
Festival kuliner yang menghadirkan kuih-kuih tradisional dari berbagai negeri seperti Kedah, Perak, dan Pulau Pinang menjadi daya tarik tambahan. "Kami jemput tetamu dari homestay lain, juga sajikan makanan tradisi dari tiap daerah," tutur Tuan Haji Abd Razak.
Meski sempat menerima bantuan dari pemerintah, sebagian besar keberhasilan Farmstay Relau adalah hasil swadaya masyarakat.
"Kami sendiri yang usahakan, tapi ada juga sokongan dari kerajaan untuk memperbaiki infrastruktur," jelasnya.
Dengan latar persawahan, keramahan kampung, dan semangat kolaborasi, Farmstay Relau bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah bukti bahwa kampung bisa berdikari dan menjadi magnet wisatawan, sekaligus pelestari budaya.
Advertisement
