Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, jajarannya terus menggali latar belakang pelaku penyerangan menggunakan parang di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta. Pria bernama Suliyono itu diduga telah terpapar paham radikal.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, pelaku diketahui berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Dia juga pernah tinggal di daerah Poso, Sulawesi Tengah dan Magelang, Jawa Tengah.
Baca Juga
"Dia pernah di Sulteng, pernah di Poso, Magelang, dan ada indikasi kuat yang bersangkutan ini kena paham radikal yang pro kekerasan," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Senin (12/2/2018).
Advertisement
Bukan hanya itu, pelaku juga pernah mencoba mengubah paspor untuk berangkat ke Suriah. Namun, ia tidak berhasil.
"Akhirnya lakukan amaliah, akhirnya menyerang dalam tanda petik kafir versi dia. Kita lihat yang bersangkutan sangat mendekati sosok yang radikal," beber dia.
Hanya saja, polisi belum bisa memastikan apakah aksi tersebut ada yang mendalangi atau bekerja sendiri alias lone wolf.
"Ini sedang dikembangkan, sedang dikejar terus oleh tim Mabes Polri dan Polda. Saya juga sudah minta teman-teman instansi intelijen lain membantu," ucap Tito.
Detik-Detik Penyerangan
Wasiyo, salah satu jemaat Gereja St Lidwina mengisahkan detik-detik penyerangan tersebut. Jemaat yang saat itu tengah beribadah dikejutkan dengan seorang jemaat yang masuk ke dalam gereja dengan berlumur darah di kepala.
"Misa itu kan jam 07.50 (WIB) dimulai, selang 10 menit itu di luar ada teriakan keras. Lalu salah satu jemaat itu masuk dengan kondisi luka di bagian kepala langsung masuk ke ruang pastor," tutur Wasiyo di lokasi kejadian.
Jemaat anak-anak dan perempuan pun sontak berhamburan ke luar gereja karena panik. Terlebih mereka melihat seorang remaja yang mengamuk menggenggam sebilah pedang.
"Anak anak dan ibu-ibu keluar panik, pelaku itu masuk gereja membawa pedang," tutur Wasiyo.
Warga sekitar yang melihat kondisi panik jemaat Gereja St Lidwina itu langsung berupaya meredam remaja yang mengamuk tersebut. Namun, karena penyerang menggunakan pedang, warga kesulitan untuk meredam amuk penyerang tersebut. Remaja berpedang itu lantas menyerang Romo Pierre yang saat itu memimpin doa.
"Ya Romo kan sudah tua jadi mungkin kalau melawan juga terbatas gerakannya akhirnya diserang," tutur Wasiyo.
Penyerang itu baru dapat dilumpuhkan beberapa saat setelah polisi tiba di lokasi kejadian. Wasiyo mendengar dua atau tiga tembakan yang diarahkan ke tubuh pelaku.
Advertisement