Liputan6.com, Jakarta - Komariyah (49), warga Pedemangan, Jakarta Utara, seolah tidak bisa berhenti mengusap air mata. Dia masih tidak menyangka momen pembagian sembako di Monas, Sabtu, 28 April kemarin jadi hari terakhir dirinya berbicara dengan sang anak, Rizki Syaputra (10).
Komariyah mengatakan, saat berangkat Rizki dalam kondisi sehat tidak kurang satu apa pun. Dia bersama Rizki pergi ke Monas menumpang bus Mayasari Bakti dari Ancol. Menurut dia, bus tersebut sudah disediakan.
"Naik dari Ancol sampai sana (Monas) saya jam 10.00 turunnya masih jauh dari lokasi (pembagian sembako) itu saya gendong Rizki itu," kata Komariyah mengawali cerita di kediamannya, Pademangan, Jakarta Utara, Rabu (3/5/2018).
Advertisement
Saat itu, Komariyah mengaku sudah letih dan memutuskan untuk tidak mengantre dulu untuk mengambil sembako di Monas. Dia menyebut saat itu sekitar pukul 11.00 WIB dan antrean sudah menyemut. Rizki pun minta diturunkan dari gendongan dan mengaku lapar.
"Saya bilang emak capek, emak enggak ngantre. Antrean penuh," imbuh Komariyah.
Â
Terinjak Antrean di Stan Makanan
Komariyah melanjutkan, saat itu Rizki mengeluh lapar. Dia pun mengajak Rizki untuk mengantre ke stan pengambilan makanan. Ada dua kupon yang dipegang untuk makanan. Saat itu seingatnya ada delapan orang di depannya yang sedang ikut mengantre. Namun, dirinya dan Rizki justru terdorong antrean dari belakang.
"Sudah di belakang saya ngantre di situ, ada delapan orang mah ya. Saya di situ berdiri sama Rizki. Enggak tahunya ada gerombolan dari belakang ngedorong untung Rizkinya enggak jatuh," ujar Komariyah.
Komariyah menuturkan, kondisi sudah tidak kondusif. Saling dorong pun tidak terhindarkan. Saat dirinya menoleh ke belakang untuk melihat dan menghindar dorongan dari belakang, Rizki justru terdorong jatuh dari antrean di depannya.
"Ada yang ngedorong dari depan. Jatuh anak saya keinjak juga kakinya. Akhirnya saya belum sempat ngambil makanan, saya sobek kupon, saya gendong anak saya. Saya bawa ke belakang sana ke tenda deket pohon," beber dia.
Komariyah lemas. Apalagi saat dirinya melihat Rizki tidak mampu berdiri dan lemas. Komariyah pun menyuruh anak bungsunya itu untuk rebahan di rumput. Namun, kata Komariyah, Rizki malah muntah dan kejang.
"Saya tidurin di rumput, muntah-muntah, langsung kejang. Sudah kejang saya minta tolong sama ada lima orang laki-laki di stan, saya minta tolong saja enggak ditolongin," dia menceritakan.
Â
Advertisement
Rizki Meninggal
Seorang aparat TNI datang membantu. Rizki pun dibawa ke stan kesehatan dengan motor. Namun, kata Komariyah, Rizki tidak langsung ditangani. Dokter di stan kesehatan kemudian merujuk Rizki ke RSUD Tarakan.
"Ada Bapak ABRI nolong anak saya, langsung dia bawa ke stan kesehatan dibawa pakai motor. Saya di sana tuh enggak ada penanganan apa-apa. Ya sudah dokternya bilang rujuk aja rujuk langsung ke RSUD Tarakan," beber dia.
Sambil terisak Komariyah bercerita, pukul 02.00 WIB, Minggu, 29 April 2018 dini hari, Rizki dibawa ke ruangan PICU. Bungsu dari empat saudara itu pun mengembuskan napas terakhir ketika waktu menunjukkan pukul 04.35 WIB.
"Pas jam dua dibawa ke ruang PICU di atas ya. Nah pas di ruang situ dirawat sampai meninggalnya. Saya dibilangin masih ada napasnya jam 04.00 WIB, dia meninggal jam 04.35 WIB," ungkap dia.
Rizki dimakamkan di Bogor di samping makam ayahnya yang baru meninggal tujuh bulan lalu.
"Saya makamin sebelah bapaknya. Maafin emak ya Rizki," Komariyah memungkasi.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini: