Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia, Solahudin, menilai program deradikalisasi Badan nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) masih lemah. Ia mengatakan, program itu masih gagal menembus hingga ke narapidana terorisme yang ideologi ekstremnya masih kuat.
Solahudin mengungkapkan, deradikalisasi selama ini hanya menyasar narapidana yang kooperatif. Mereka juga kebanyakan sudah punya niatan meninggalkan ideologi kekerasan.
"Program deradikalisasi yang dilakukan BNPT lebih banyak ditujukan bagi orang yang sudah disengagement," kata Solahudin dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (26/5/2018).
Advertisement
BNPT, kata Solahudin, seharusnya lebih menjalankan program deradikalisasi kepada narapidana yang tidak kooperatif. Padahal, kalangan inilah yang paling potensial melakukan aksi teror kembali selepas menjalani masa hukuman.
Adapun narapidana yang masuk kategori tersebut biasanya menolak mengikuti pembinaan di lapas. Kelompok yang sama juga tak mengajukan pembebasan bersyarat karena mereka beranggapan hal itu sebagai harus bentuk bantuan penegak hukum yang merepresentasikan pemerintah.
"Tidak ada program intervensi kepada eks napiter yang non-kooperatif," imbuhnya.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Saksikan video pilihan di bawah ini