Status Tetap Waspada, Ini Kondisi Gunung Anak Krakatau Terkini

Gunung Anak Krakatau masih berstatus Level II atau Waspada hingga, Sabtu (7/7/2018) ini.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 07 Jul 2018, 11:42 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2018, 11:42 WIB
krakatau
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Serang - Gunung Anak Krakatau masih berstatus Level II atau Waspada hingga, Sabtu (7/7/2018) ini. Terakhir, dia meletus pada 5 Juli 2018 selama 30 detik, dan mengeluarkan kolom abu setinggi 605 meter.

Sabtu pagi ini, secara visual sebagian Gunung Anak Krakatau tertutup kabut. Lainnya terlihat jelas.

"Dari kemarin hingga pagi ini, secara visual gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara dan barat," tulis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam siaran tertulisnya, Jakarta, Sabtu.

Status Waspada tersebut telah ditetapkan sejak 26 Januari 2012 hingga sekarang.

"Iya dari dulu statusnya Level ll," kata Andi Suandi, Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Lampung, melalui pesan singkatnya, Sabtu (7/7/2018).

Gunung setinggi 2968 mdpl itu kemudian mengalami peningkatan aktivitas sejak 18 Juni 2018.

Berdasarkan rekaman seismograf 6 Juli 2018 tercatat, ada 100 kali gempa letusan, 118 kali gempa hembusan, 27 kali gempa vulkanik dangkal dan 1 kali gempa vulkanik dalam.

Masyarakat dan wisatawan pun diminta untuk tidak mendekat dalam radius satu kilometer. 

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung yang masih aktif. GAK baru muncul dari permukaan laut pada 1927. Rata-rata bertambah tinggi 4-6 meter per tahun.

Energi dari letusan yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan, tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Runutan

Dalam kondisi normal, hembusan abu Gunung Anak Krakatau hanya setinggi 25-100 meter.

Namun, pada 18 Juni 2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo 1–21 mm (dominan 6 mm).

Sehari kemudian, 19 Juni 2018, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah, dari rata-rata satu kejadian per hari, menjadi 69 kejadian per hari.

Selain itu, mulai terekam juga gempa low frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1–14 mm (dominan 4 mm).

Pada 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa low frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal.

Tanggal 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa hembusan, 8 kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam.

Lalu telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung, pada 25 Juni 2018 pukul 07.14 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.000 meter di atas puncak

Erupsinya melemparkan abu vulkanik dan pasir. Meski erupsi saya itu, tidak membahayakan penerbangan dan pelayaran di Selat Sunda.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya