Liputan6.com, Jakarta - Puluhan anak sekolah tampak memenuhi ruangan perpustakaan Taman Bacaan Pelangi (TBP) di kawasan SDK Nangapanda 1, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sambil menggelilingi empat meja yang ada, para siswa sibuk membaca buku bacaan.
Baca Juga
Ada yang membaca dengan suara pelan dan ada pula yang berusaha kencang. Di setiap meja juga disediakan beberapa bantal duduk warna merah.
Advertisement
Ruangan perpustakaan ini memang tidak menyediakan bangku kecuali untuk petugas pengelola yang berlokasi di dekat pintu. Sehingga para pengunjung membaca sambil lesehan atau duduk di lantai.
Buku bacaan ditata rapi di rak bertingkat yang diletakan saling berhadapan. Sebelahnya, terdapat rak yang lebih besar yang difungsikan sebagai stock buku-buku bacaan baru. Ruangan berukuran 7x8 meter itu dicat warna kuning dengan berbagai gambar animasi.
Untuk bagian langit-langit perpustakaan, dihiasi berbagai hasil karya para siswa. Yakni berbagai gambar dengan berbagai tulisan pendukung. Tak hanya itu, di beberapa sudut juga digantungkan peta Indonesia ataupun dunia.
Feren, salah satu siswi kelas 3 SDK Nangapanda 1, berapa kali berlari ke rak sambil membawa buku yang berbeda. Mulai dari cerita kehidupan hewan atau fabel hingga kehidupan sehari-hari. Sambil tersenyum, dia mengaku ingin membaca semua buku yang ada di perpustakaan.
"Ini sudah baca tiga buku. Nanti mau baca yang lainnya," kata dia, Kamis (13/9/2018).
Setiap rak buku di perpustakaan diberikan tanda dengan ditempelkannya tulisan jenis-jenis hewan, seperti burung, ikan, rusa, singa. Sedangkan untuk gambarnya ditempelkan pada sampul buku bacaan. Selain untuk mempermudah dalam penempatan buku di rak, tanda itu juga sebagai tanda tingkat kesulitan bacaan yang ada untuk anak-anak.
"Itu untuk mempermudah anak-anak mudah belajar membaca berdasarkan tingkat kesulitan. Kalau belum bisa membaca bisa diarahkan pada bacaan yang teks tulisannya lebih sedikit," kata Founder Taman Bacaan Pelangi (TBP), Nila Tanzil.
Nila menyebut perpustakaan di SDK Nangapanda 1 merupakan taman baca ke-100 yang diresmikannya dan 38 di antaranya berlokasi di Kabupaten Ende.
Untuk perpustakaan di sekolah-sekolah, Nila mengatakan pihaknya bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk meminta jumlah data sekolah. Rapat dengan kepala sekolah hingga orang tua muridpun dilakukan. Sehingga dapat ditentukan kesepakatan mengenai pembangunan perpustakaan.
Bila semua disetujui, Nila menyebut TBP akan membantu secata material barang dan selebihnya dikerjakan oleh sekolah yang bekerjasama dengan orang tua murid. Seperti halnya untuk renovasi gendung perpustakaan di SDK Nangapanda 1.
"Kita hanya membantu secara material saja. Selebihnya mereka yang mengerjakan. Orang tua kompak membantu seperti mengecet ruangan perpustakaan," ucapnya.
Ruang Belajar Jadi Perpustakaan
Pengelola Perpustakaan TBP SDK Nangapanda 1, Maria Tekla menyatakan ruangan perpustakaan itu awalnya tempat belajar siswa yang akhirnya direnovasi sedemikian rupa. Dia menyebut buku yang disediakan pun saat ini berbeda dengan perpustakaan ketika awal 2010.
"Dulu bukunya hanya untuk penunjang pelajaran. Sekarang hanya buku bacaan saja," kata Maria.
Kegiatan kunjungan ke perpustakaan pun dimasukkan dalam jadwal mata pelajaran sekolah. Satu Minggu sekali, setiap kelas mendapatkan jadwal yang telah ditentukan. Senin untuk kelas 1 dan selanjutnya secara berturut-turut hingga Sabtu untuk kelas 6.
Untuk lamanya kunjungan setiap kelas pun berbeda-beda. Kelas 1 dan 2 hanya mendapatkan waktu kurang lebih 35 menit, sedangkan kelas 3 hingga 6 selama 1 jam.
"Untuk sementara, perpustakaan hanya digunakan sesuai jadwal sama waktu istirahat. Nanti juga dibuka pada sore hari," ucapnya.
Sementara itu, salah satu orang tua murid SDK Nangapanda 1, Natalia mengatakan buku yang ada di perpustakaan Taman Baca Pelangi bagus. Selain bergambar dan hanya meyajikan buku bacaan, dia menilai h tersebut dapat membuat daya tarik baca siswa.
Wanita berprofesi sebagai guru ini, mengaku anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD sangat bersemangat ketika perpustakaan di sekolahnya akan diresmikan. Natalia dipaksa untuk hadir dihari peresmian.
"Bukunya bagus-bagus dan gambarnya banyak to. Tadi anaknya ikut ke perpustakaan untuk lihat-lihat buku bacaan, dia (anaknya) langsung ambil buku kumbang," jelasnya.
Advertisement