Cuci Muka dengan Embun, Kisah Perjuangan Warga Desa Kaki Gunung Kelirando NTT untuk Akses Air Bersih

Sulitnya air di Desa Kaki Gunung Kelirando NTT bikin warga banyak kena penyakit kulit.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 07 Mar 2025, 09:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2025, 09:00 WIB
Rafael
Kepala Desa di Kaki Gunung Kelirando, Ende, NTT, Rafael (56) bercerita soal sulitnya akses air bersih dan kini sudah dapat bantuan, Ende (6/3/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Ende Sebagian desa terpencil di Indonesia menghadapi masalah pelik terkait ketersediaan air bersih.

Salah satunya sempat dialami warga desa di kaki Gunung Kelirando, Ende, Nusa Tenggara Barat (NTT). Pada 1970-an, air belum tersedia di desa yang kini dihuni 153 kepala keluarga (KK) itu.

“Kami ambil air dari bawah, kami pikul di pagi dan sore hari. Setiap hari kami ke sekolah, kami tidak ambil air yang di rumah, mandi pun tidak, hanya lap muka saja,” kata Kepala Desa, Rafael (56) kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Ende, Kamis (6/3/2025).

Saking sulitnya, mengelap muka pun tidak menggunakan air dari sumber yang jaraknya jauh. Melainkan dari embun yang membasahi dedaunan.

“Kami jalan ke sekolah, kami lihat ada daun-daunan basah, kami tempelkan ke tangan dan gosok di muka kami untuk hilangkan kotoran mata,” kenang Rafael di masa kecil.

Sementara, acara dari sekolah biasanya mengajak para murid mandi bersama di sungai seminggu atau dua minggu sekali.

Sayangnya, mandi seminggu atau dua minggu sekali tidak cukup untuk mencegah datangnya penyakit kulit seperti kudis dan gatal-gatal.

“Ada kutu-kutu di badan itu, itu karena apa? Kita kurang mandi,” ucap Rafael.

Kondisi diperparah dengan adanya perilaku buang air besar sembarangan lantaran nihilnya air bersih dan sanitasi yang memadai.

 

Promosi 1

Upaya Tak Berbuah Manis

Cuci Muka dengan Embun, Kisah Perjuangan Warga Desa Kaki Gunung Kelirando NTT untuk Akses Air Bersih
Cuci Muka dengan Embun, Kisah Perjuangan Warga Desa Kaki Gunung Kelirando NTT untuk Akses Air Bersih, Ende (6/3/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Waktu berlalu, berbagai upaya telah dilakukan agar desa memiliki sumber air bersih. Pengeboran atau penggalian sumur pun beberapa kali dilakukan, tapi tak membuahkan hasil yang diharapkan.

Warga pun inisiatif membeli pipa yang dibantu oleh Keuskupan. Mereka menukarnya dengan jagung dan padi. Namun, air masih terbatas, hanya mencapai titik tertentu, sementara jumlah warga yang membutuhkannya tidak sedikit sehingga konflik berebut air tak terhindarkan.

Rafael bersyukur, keluh kesah warga desa tentang air bersih mulai terjawab saat Wahana Visi Indonesia (WVI) dan beberapa pihak lain datang dan memberikan bantuan.

 

 

Bantuan Datang, Lahirnya Komite Air

Akses Air Bersih
Cuci Muka dengan Embun, Kisah Perjuangan Warga Desa Kaki Gunung Kelirando NTT untuk Akses Air Bersih, Ende (6/3/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Memasuki 2020, WVI dan pihak-pihak terkait membantu akses air bersih. Ada sumber mata air yang jaraknya kurang lebih 7km dari desa. Dari sumber itulah air dialirkan hingga ke rumah-rumah.

Sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas keberlangsungan air pun dibentuk, kelompok ini disebut Komite Air. Ini adalah komite resmi di bawah payung peraturan daerah yang juga difasilitasi oleh WVI.

Setiap warga yang mendapat manfaat dari pengaliran air ini wajib membayar Rp2000 per bulan. Dana dikumpulkan dan diberikan pada Komite Air yang jumlahnya 9 orang. Dana pun dikelola Komite Air untuk keperluan pemeliharaan air.

Tugas komite ini termasuk memecahkan masalah terkait pengaliran air. Termasuk jika air mampet, tidak sampai ke rumah, atau masalah lainnya yang dikeluhkan warga.

Tugas komite air yang tak kalah penting adalah menjaga dan melestarikan sumber mata air. Mereka harus memastikan bahwa tidak ada aktivitas warga di sekitar sumber mata air agar air tidak tercemar. Begitu pula terkait larangan penebangan pohon di sekitar sumber mata air.

 

Deklarasi STBM di 2023

WVI
Area Program Manager Klaster Flores Tengah Wahana Visi Indonesia (WVI), Abner R, Ende (6/3/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Kini, warga desa bisa merasakan akses air bersih dengan tenang tanpa harus lelah turun bukit untuk memikul air.

Menurut Rafael, desa yang dipimpinnya terdiri dari empat dusun. Tiga di antaranya sudah bisa mengakses air bersih, sementara satu lagi belum karena jaraknya terlalu jauh.

Meski begitu, seluruh KK telah memiliki toilet masing-masing. Ada yang di dalam, ada pula yang di luar rumah.

Dengan adanya aliran air ke rumah-rumah, desa ini pun berhasil mendeklarasikan STBM alias sanitasi total berbasis masyarakat pada Juli 2023.

“Artinya, tidak ada masyarakat yang buang air besar di sembarangan tempat,” kata Rafael.

Dalam kesempatan yang sama, Area Program Manager Klaster Flores Tengah Wahana Visi Indonesia (WVI), Abner R. Sembong menjelaskan, STBM ini mencakup lima pilar.

“Tidak buang air besar sembarangan, masak air sebelum diminum, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air limbah domestik rumah tangga, dan pengelolaan sampah rumah tangga,” kata pria yang akrab disapa Abe.

Infografis: Sumber Air Jakarta Bermasalah (Liputan6.com / Triyasni)
Infografis: Sumber Air Jakarta Bermasalah (Liputan6.com / Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya