Liputan6.com, Jakarta - Pascagempa berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018, pukul 17.02 WIB, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami.
Namun, peringatan tsunami tersebut diakhiri pada 17.39 WIB atau berakhir pukul 18.36 Wita.
Akibat gempa yang diikuti dengan tsunami membuat sejuamlah kawasan di Kota Palu dan Donggala terdampak gempa paling parah, yaitu di Pantai Talise dan pantai barat Donggala.
Advertisement
Ketinggian tsunami menurut BMKG mencapai 0,5 hingga 3 meter dan langsung menerjang permukiman warga yang berdiri di sepanjang pantai.
Penyebab Gempa Menurut Para Ahli
Berdasarkan analisis sementara dari para ahli tsunami di Institut Teknologi Bandung (ITB), LIPI, dan BPPT, tsunami pascagempa disebabkan oleh dua hal.
Pertama, adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter.
"Sedimen dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palu belum terkonsolidasi kuat, sehingga runtuh atau longsor saat gempa, dan memicu tsunami. Hal ini terindikasi dari naik turunnya gelombang dan air keruh," jelas kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPN Sutopo Purwo Nugroho, seperti dilansir dari situs resmi BNPB, Sabtu (29/8/2018).
Penyebab kedua terjadinya tsunami di Palu, Donggala, dan sekitarnya disebabkan oleh gempa lokal. Gempa ini terjadi di bagian luar dari Teluk Palu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement