Pilu, Bocah Ditemukan Peluk Ibu yang Sudah Meninggal di Reruntuhan Gempa Palu

Ditemukan dalam posisi saling berpelukan dengan ibunya yang sudah tidak bernyawa di reruntuhan gempa dan tsunami Palu, bocah 4 tahun itu terus menangis.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2018, 08:24 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2018, 08:24 WIB
Perjuangan Sang Ibu Mencari Anaknya Pasca Gempa dan Tsunami Palu
Warga menyaksikan proses evakuasi Nanang Kosim (20) menggunakan alat berat, yang diduga masih tertimbun di dalam tanah pascagempa dan tsunami Palu di Pantai Talise, Sulawesi Tengah, Senin (8/10). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Palu dan Donggala, Jumat 28 September lalu masih menyisakan duka mendalam. Prajurit TNI bersama relawan menemukan seorang bocah dalam posisi saling berpelukan dengan ibunya yang sudah tidak bernyawa.

Bocah perempuan berusia 4 tahun, bernama Presilia Andini ini ditemukan tiga hari setelah gempa dan tsunami, di reruntuhan rumah mereka di Perumnas Balaroa, Palu.

Serka Dedy Handoko dari Yonkes 1 Kostrad mengungkapkan, tak kuasa menahan kesedihan saat menemukan Presilia yang terus menangis memanggil ibunya yang sudah tiada.

"Sedih juga melihat anak ini. Menangis terus memanggil ibunya yang sudah tidak ada. Dia ditemukan tiga hari setelah gempa," kata Serka Dedy.

Prisilia dibawa dan dirawat di rumah sakit lapangan Yonkes 1 Kostrad. Selama dirawat di Rumkitlap, bocah malang itu diberikan dukungan moril serta hiburan. Cara ini diharapkan bisa memperbaiki dan menormalkan suasana hatinya, dan tidak lagi trauma.

Tidak hanya kehilangan ibunya, Prisilia ternyata juga sudah tidak memiliki ayah, yang telah lebih dulu meninggal sebelum gempa dan tsunami.

Rencananya, bocah yatim piatu ini akan dibawa ke Kota Makassar. Ia akan ikut pamannya yang telah bersedia mengasuh dan merawatnya.

Untuk menghilangkan trauma Presilia, ada psikolog yang diturunkan untuk menanganinya. Para relawan di Palu juga terus menghiburnya untuk membuat kondisinya kembali normal. 

"Sedih juga melihat ketika menangis dan memanggil ibunya. Sepertinya, ketika terjadi gempa, ibunya berusaha melindungi anaknya agar tidak terkena reruntuhan bangunan dengan cara memeluknya," terang Dedy.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dari Lombok ke Palu

Dedy sendiri merupakan prajurit dari Yonkes 1 Kostrad. Selain di Sulawesi Tengah, khususnya di Kota Palu, bapak dua orang anak itu juga pernah bertugas di Lombok usai gempa bumi melanda.

Hanya lima hari dia bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga, sampai kemudian pria kelahiran Medan, 26 Mei 1986 ini kembali mendapat panggilan tugas kemanusiaan di Sulteng, membantu korban gempa dan tsunami.

"Inilah tugas yang harus dilaksanakan. di Rumkitlap Yonkes 1 Kostrad, kami menyediakan lima dokter yang siap melayani dan membantu korban gempa dan tsunami. Rumkitlap Yonkes 1 Kostrad yang kami dirikan dilengkapi UGD dan obat-obatan, kami juga melakukan operasi bagi korban," ujarnya.

Presilia sendiri setelah sepekan berada di rumah sakit lapangan, akhirnya dijemput keluarganya dari Makassar.

Acara penyerahan dilakukan oleh Wadanyonkes 1 Kostrad disaksikan oleh Febraldi dari Kemensos RI di Rumkitlap Yonkes 1 Kostrad. Palu, Sabtu, 6 Oktober 2018.

Saat proses penyerahan berlangsung, rasa haru menyelimuti suasana. Presilia terlihat senang bercampur sedih setelah bertemu dengan keluarganya.

Keluarga Presilia sangat senang dan berterima kasih kepada para prajurit Kostrad yang sudah merawat selama satu minggu usai gadis kecil ini berpisah dengan ibunya.

Reporter:  Ramadhian Fadillah

Sumber: Merdeka.com

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya