Siswa SD di Sukabumi Dihukum Merokok, Menteri Yohana: Itu Bukan Guru Namanya

Yohanna menilai pemberian sanksi tersebut adalah tindakan yang salah. Seharusnya guru memberikan hukuman yang lain.

oleh Mulvi Mohammad diperbarui 07 Nov 2018, 20:12 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 20:12 WIB
Ilustrasi Kekerasan Pada Anak (iStockphoto)
Ilustrasi Kekerasan Pada Anak (iStockphoto)

Liputan6.com, Sukabumi - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana Yembise, menanggapi pemberian hukuman tak lazim terhadap sejumlah siswa di SDN 1 Pamuruyan, di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sebelas siswa di SD itu diminta menghisap rokok sebagai bentuk hukuman.

Yohanna menilai pemberian sanksi tersebut adalah tindakan yang salah. Seharusnya guru memberikan hukuman yang lain.

"Salah, itu bukan guru namanya. Kalau memang sekolah itu sudah betul ramah anak tidak akan seperti itu," kata Yohana di sela peresmian Rumah Sahabat Ibu dan Anak di Desa Sukamantri, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Rabu (7/11/2018).

Ia menegaskan, Kementerian PPPA sering menyampaikan edukasi atau sosialisasi terkait pencegahan anak-anak menjadi seorang perokok. Salah satunya dengan mengimbau guru perokok untuk tidam merokok di lingkungan sekolah.

Tak cuma guru, hal yang sama juga harus dilakukan orangtua yang perokok dan warga di lingkungan tempat tinggal anak. Tidak merokok didepan anak adalah langkah pencegahan agar anak tidak menjadi perokok.

"Kami kan sudah bilang kepada para guru kalau mau merokok diluar. Kalau anak-anak merokok harus ditegur," tuturnya.

"Semua tergantung dari orang tua dari guru. Orang tua tidak membawa kebiasaan merokok ke rumah, begitupun guru kalau mau merokok harus jauh-jauh dari sekolah. Jangan di depan anak-anak," tambah Yohana.

Yohana menegaskan, Pemerintah sudah melakukan upaya terwujudnya tumbuh kembang anak yang baik tanpa terkontaminasi asap rokok. Salah satunya melalui program kota layak anak.

Persoalan anak-anak perokok menjadi salah satu hal yang jadi sorotan kementeriannya. Pihaknya bersama beberapa perwakilan organisasi masyarakat akan menggelar rapat khusus dengan Presiden untuk mencari solusi terkait banyaknya perokok anak.

Di tempat yang sama, Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, mengaku jajarannya tengah menindaklanjuti hal ini. Penindakan terhadap guru dilakukan sesuai laporan hasil pemeriksaan (LHP).

"Klau kata inspektorat ini di luar kewajaran, itu bisa dilihat nanti apa yang harus dilakukan. Bupati mah tinggal tanda tangan saja," pungkas Marwan.

Ketahuan Merokok

KPU Gandeng Menteri PPPA dan PT Pos Untuk Penyelenggaran Pemilu 2019
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise memberi sambutan saat penandatanganan nota kesepahaman di Gedung KPU, Jakarta, Rabu (30/5). (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebelas siswa di SDN 1 Pamuruyan, di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat harus menjalani hukuman tak lazim. Mereka diminta menghisap rokok karena ketahuan merokok di sekolahnya.

Peristiwa itu terjadi selepas jam istirahat sekolah pada Sabtu 3 November lalu. Pemberian hukuman juga direkam oleh seorang guru. Videonya menyebar di jejaring aplikasi chat.

"Awalnya ada guru ngomong, katanya ada anak kelas enam merokok. Lalu saya minta mereka dikumpulkan ke bawah, ke kantor. Kan kelasnya ada di atas," kata Tati Maelati, Kepala SDN 1 Pamuruyan kepada wartawan usai musyawarah bersama para orangtua siswa, Rabu (7/11/2018).

Pemberian hukuman dikecam oleh para orangtua siswa. Musyawarah diselenggarakan untuk mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi.

Selain orangtua murid, musyawarah di salah satu ruang kelas SDN 1 Pamuruyan juga dihadiri pejabat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi.

Kepala Seksi Kesiswaan SD pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Maman Supratman, menjelaskan pihaknya menyesalkan kejadian tersebut. Pihaknya akan berkoordinasi dengan tim kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi.

"Turut prihatin dengan kejadian ini. Kita pun akan mengecek kesehatan siswa yang dihukum merokok," ujar Maman.

Maman menegaskan, kasus pemberian hukuman merokok seperti yang terjadi di SDN 1 Pamuruyan adalah kali pertama terjadi. Ia berharap tidak terulang.

Di sisi lain, Maman meminta para guru dan orangtua siswa untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak.

"Ini baru pertama kali terjadi. Mudah-mudahan ke depannya tidak ada lagi kasua serupa dengan menerapkan konsep itu," kata Maman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya