Liputan6.com, Jakarta - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit Polri Sukanto Kramatjati, Jakarta Timur kembali mengidentifikasi enam penumpang pesawat Lion Air jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
"Dari hasil sidang rekonsialiasi pada Jumat pukul 16.00 WIB, kita bisa identifikasi enam penumpang," ujar Kepala Rumah Sakit RS Polri Sukanto Jakarta Timur Brigadir Jenderal Polisi Musyafak di Jakarta, Jumat (9/11/2018). Demikian dilansir Antara.
Berdasarkan hasil sidang rekonsialisi, keenam penumpang Lion Air itu yakni Muas Efendi Muas (laki-laki, 57 tahun) teridentifikasi melalui DNA, Murdiman (laki-laki, 46 tahun) teridentifikasi melalui DNA, dan Ambo Malibone (laki-laki, 36 tahun) teridentifikasi melalui DNA.
Advertisement
Kemudian, jenazah Darwin Haryanto (laki-laki), 51 tahun) teridentifikasi melalui DNA, Fendi Christanto (laki-laki, 46 tahun) teridentifikasi melalui DNA, serta Kyara Aurine Daniendra (bayi Perempuan, satu tahun tiga bulan) teridentifikasi melalui tes DNA dan sidik jari.
Musyafak menuturkan, jumlah total penumpang Lion Air yang teridentifikasi mencapai 77 orang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
KNKT Datangkan Alat Canggih
Black Box Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang hingga kini belum ditemukan. Untuk itu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mendatangkan dua alat canggih dari Amerika Serikat.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, dua alat canggih yang baru didatangkan dari Amerika Serikat tersebut sudah diberangkatkan sejak pagi tadi ke lokasi ditemukannya Flight Data Recorder (FDR), di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Tadi pagi sudah dibawa kesana (perairan Karawang) jam 8, bersama operatornya," kata Soerjanto di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (9/11/2018).
Menurut Soerjanto, alat yang baru didatangkan itu lebih sensitif dari ping locater yang sebelumnya mereka pakai. Dia berharap dengan alat tersebut bisa secepatnya menemukan CVRÂ Lion Air.
"Hari kedua, ketiga kita masih bisa deteksi (sinyal CVR), ada ping. Setelah kita angkat FDR, suara dari CVR itu hilang. Nah enggak tau kenapa hilang. Melemahlah, makin lama makin lama makin hilang," ujarnya.
Advertisement