Hingga Pagi Ini, Warga Lampung Masih Dengar Dentuman dan Kilatan di Langit

Warga Ketapang, Lampung Selatan, Ruli, mengaku melihat kilatan cahaya dan suara gemuruh terus-menerus yang diperkirakan berasal dari arah Gunung Anak Krakatau.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2018, 09:03 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 09:03 WIB
Pemandangan dari Udara Wilayah Lampung Usai Dihantam Tsunami
Pemandangan dari udara wilayah Kota Lampung usai diterjang tsunami, Selasa (25/12). Lampung Selatan menjadi salah satu daerah terdampak Tsunami. (Liputan6.com/Zulfikar Abubakar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah warga di beberapa wilayah Provinsi Lampung pada Selasa, 25 Desember 2018 hingga Rabu (26/12/2018) dini hari mengaku mendengar suara dentuman atau gemuruh dari langit dan melihat kilatan cahaya di kejauhan, sehingga menimbulkan kecemasan.

Sejumlah warga yang masih bertahan di Pulau Sebesi, gugusan pulau di Selat Sunda, dekat dengan kawasan Gunung Anak Krakatau. Yaya Sudrajat, menyatakan menjelang tengah malam pada kejadian, warga di wilayah yang berjarak sekitar 11 mil ini tidak merasakan adanya getaran. Namun, warga justru mendengar suara gemuruh dan kilatan api seperti petir.

Seperti dikutip dari Antara, pada siang hari sebelumnya, warga setempat juga melihat abu yang membumbung dari puncak Gunung Anak Krakatau.

Warga Ketapang, Lampung Selatan, Ruli, mengaku melihat kilatan cahaya dan suara gemuruh terus-menerus yang diperkirakan berasal dari arah Gunung Anak Krakatau.

Beberapa warga lainnya juga mempertanyakan suara dentuman dan kilatan petir itu. Mereka berharap pihak berwenang dapat menjelaskannya, sehingga tidak menimbulkan kecemasan bagi warga.

Petugas pengamat/Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Andi Suardi, menyatakan suara dentuman itu hingga Rabu dini hari masih terdengar. Namun, dia tidak tahu apakah suara itu bisa sampai ke Kabupaten Mesuji, Lampung, mengingat di Kalianda, ibu kota Lampung Selatan, justru tidak terdengar.

Beberapa warga di kawasan pesisir Selat Sunda di Lampung Selatan mengaku hingga Rabu pagi ini masih mendengar suara dentuman yang diduga berasal dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penjelasan BMKG

Berkaitan hal itu, BMKG Lampung menjelaskan bahwa hingga saat ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM terus memantau aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau dan kondisi cuaca ekstrem serta gelombang tinggi. Sebab kondisi ini sewaktu-waktu dapat mengakibatkan longsor tebing kawah Gunung Anak Krakatau ke laut dan berpotensi memicu gelombang tinggi atau tsunami.

Karena itu, masyarakat diminta tetap waspada dan menghindari pesisir pantai, setidaknya sejauh minimal satu kilometer dari bibir pantai terdekat.

Sementara, terkait dentuman, BMKG tidak mendeteksi adanya awan Cumulonimbus yang signifikan di wilayah Lampung selain yang ada di wilayah Gunung Anak Krakatau saat ini. Ketinggiannya mencapai lebih dari 10 km terlihat dengan jelas adanya kilat dari arah kantor BMKG Lampung di Bandara Radin Inten II Branti, Lampung Selatan.

Namun untuk suara dentuman, BMKG tidak mendengarnya sama sekali, mengingat jarak dengan Gunung Anak Krakatau kurang lebih 100 km.

Pihak BMKG Lampung meminta informasi detail mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau, untuk bertanya langsung pada PVMBG.

BMKG mengingatkan, pascaterjadi bencana, seperti tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam, masyarakat biasanya sangat mudah terpancing oleh isu-isu yang tidak valid. Faktor trauma dan takut mengalami kejadian yang sama memang sangat mudah membuat kepanikan.

BMKG meminta masyarakat tetap sabar dan selalu mencari informasi dari sumber yang benar, tepat, dan terpercaya, sehingga tidak mudah terhasut informasi yang tidak benar maupun hoaks disebarkan pihak tidak bertanggungjawab hanya untuk menimbulkan keresahan di tengah masyarakat yang sedang mengalami bencana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya