4 Kisah Dramatis Korban Selamat Tsunami Selat Sunda

Terjangan tsunami di Banten dan Lampung Selatan meluluh-lantakkan banyak bangunan dan menimbulkan korban jiwa.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Des 2018, 09:26 WIB
Diterbitkan 31 Des 2018, 09:26 WIB
Penampakan Pulau Sebesi Pasca Tsunami Selat Sunda
Rumah warga ambruk dan hancur pasca gelombang Tsunami Selat Sunda di Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Minggu (30/12). Sebagian warga mengungsi ke Kalianda. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Terjangan tsunami di Banten dan Lampung Selatan meluluh-lantakkan banyak bangunan dan menimbulkan korban jiwa. Namun, di balik dahsyatnya gelombang tsunami tersebut ada sejumlah  keajaiban terjadi.

Mereka adalah korban tsunami yang berhasil selamat. Walau tubuh mereka terhempas ke tengah laut dan tertimbun reruntuhan selama berjam-berjam, mereka berhasil bertahan hidup dan akhirnya ditemukan.

Berikut empat keajaiban korban selamat dari terjangan tsunami Selat Sunda:

1. Bocah 7 Tahun Selamat Berkat Sepotong Kayu

Lima warga Karawang turut menjadi korban tsunami Selat Sunda. Empat di antaranya selamat, sementara satu orang atas nama Ayi Abdul Rojak meninggal dunia. Salah satu yang selamat adalah Donelly Abdul Hadi Jumadi atau yang akrab disapa dengan Onel, bocah berusia 7 tahun.

Saat itu ia dan keluarga tengah menyaksikan konser Seventeen, tiba-tiba ombak besar datang dan menyeretnya hingga ke laut. Saat ia terpisah dari keluarga dengan sekuat tenaga ia berusaha berenang sambil berpegangan pada sepotong kayu untuk sampai ke tepi pantai.

"Saya berusaha sampai ke tepian tapi badan saya sudah lemas," ucapnya lirih.

Onel sendiri ditemukan dalam keadaan pingsan di bibir pantai dalam keadaan telanjang. Saat keluarganya yang selamat mencarinya Onel sudah berada di Rumah Sakit setempat dalam keadaan luka di tangan, kaki dan pinggangnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2. Tertimbun Puing, Ali Berhasil Selamat

Penampakan Pulau Sebesi Pasca Tsunami Selat Sunda
Sejumlah mainan anak yang tersisa pasca gelombang Tsunami Selat Sunda di Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Minggu (30/12). Sebagian warga mengungsi ke Kalianda. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Seorang bocah berusia 5 tahun juga menjadi korban tsunami Anyer. 12 Jam terjebak reruntuhan di kawasan Pantai Carita, Banten. Tangis kencang Ali bocah 5 tahun ini sungguh menggugah hati. Hanya ingin pulang, Ali menangis sambil merintih.

Tim Brimob Polda Banten bahu membahu mengevakuasi bocah tersebut sampai akhirnya bocah ortu berhasil diselamatkan. Dalam gendongan anggota Brimob, Ali langsung evakuasi untuk mendapatkan perawatan medis.

3. Santri Selamat dari Gelombang Tsunami

Keajaiban juga dialami oleh para santri Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Serang yang berhasil selamat dari gelombang tsunami Selat Sunda. Hotel Umbul Tanjung, yang sedang mereka gunakan untuk menempa bacaan Alquran, tak tersentuh tsunami.

Pengajar, Ustazah Ai Nur'aeni menceritakan saat sore itu, para santri sempat melihat Gunung Anak Krakatau mengeluarkan api dan laharnya. Namun aktivitas santri tetap tidak terganggu. Para santri tetap menyetorkan hafalannya diringi suara dan gertaran dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Sekitar pukul 21.30 WIB terdengar suara gemuruh dan terlihat ombak besar. Santri dan pengurus langsung berlarian untuk menuju musala, dengan terus berzikir mereka semua bisa selamat.

"Kami semua berkumpul di Musala resort untuk terus berzikir dan tetap bertilawah sambil berkoordinasi," kata Ustazah Ai.

Setelah melihat sekitar hotel hancur, mereka langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman.

4. Mahasiswa Undip Selamat dari Sapuan Tsunami

Penampakan Pulau Sebesi Pasca Tsunami Selat Sunda
Sejumlah kapal nelayan yang terdampar pasca gelombang Tsunami Selat Sunda di Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Minggu (30/12). Sebagian warga mengungsi ke Kalianda. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebanyak 25 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro sempat terjebak tsunami. Para korban selamat Dinda Ayu Oktaviana (20) mahasiswa semester 5 menyaksikan suasana saat ombak setinggi atap rumah menyapu permukiman. Dia berusaha lari menuju tebing untuk menyelamatkan diri.

Dia menyebut, karena ombak terlalu cepat hingga melompat tembok karena air sudah tinggi sepinggang.

"Tidak ada pilihan saya putuskan lompat tembok sebagai upaya menyelamatkan diri. Saya pasrah sudah kejebak pikiran saya sudah tidak tahu hidup atau tidak, tapi untungnya ada teman yang menarik tangan saya ke masjid," jelasnya.

Sesampainya di tebing mendapati semua rekannya selamat, dia justru memutuskan menolong warga yang kesulitan naik bukit.

"Kami langsung turun bantu warga dan gendong anak kecil," jelas Dinda.

 

Reporter: Syifa Hanifah

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya