Liputan6.com, Jakarta - Cendekiawan Muslim Jimly Asshiddiqie menilai black campaign, atau kampanye hitam di masa pemilu adalah bagian dari proses menuju kedewasaan berdemokrasi.
Ramainya hoaks yang beredar pun disebutnya sebagai bagian yang harus bijak disikapi tanpa harus terbawa perasaan (baper).
"Di Amerika saja, di abad 21 masih ada yang namanya kampanye hitam itu, apalagi Indonesia? Pasti tiap hari. Tinggal kitanya baper enggak?" jelas Jimly saat berdiskusi di Kantor MUI, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2019).
Advertisement
"Kalau mau sakit hati, ya habis waktu kita," tambah dia.
Jimly mengakui, tingkat peradaban kita saat ini memang belum matang. Karenanya, dia meminta masyarakat untuk sabar dalam bersikap dari masuknya pengaruh media sosial di era demokrasi.
"Pokoknya medsos banyak iblisnya, tapi jauh lebih banyak malaikatnya, tergantung bagaimana kitanya. Enggak usah putus harapan, jalan saja bebas berwacana, ada salah paham enggak apa-apa, medsos ini kan gejala baru," jelas dia.
Ke depan, Jimly menyarankan untuk sejak dini mengajarkan anak didik cara menyampaikan gagasan dan bertukar pikiran. Agar mereka kelak terbiasa berdebat dengan baik dan benar.
"Jadi di Amerika saja itu sedang pusing, karena semua orang bisa mengkritik langsung (lewat medsos). Tapi pokoknya tidak usah baper, generasi ke depan harus diajarkan ke untuk berdebat tukar pikiran," pungkas Jimly.