Prabowo Minta Pendukungnya Tak Gunakan Kekerasan Saat Aksi 22 Mei

Prabowo menegaskan, jika perjuangannya kali ini untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan bukan kepentingan pribadi.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 21 Mei 2019, 08:23 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2019, 08:23 WIB
Prabowo Tanggapi Pernyataan Hendropriyono Soal WNI Keturunan Arab
Capres Prabowo Subianto didampingi sejumlah pengurus BPN memberikan keterangan terhadap wartawan di Jakarta, Rabu (8/5). Prabowo menilai pernyataan Hendropriyono bernada ancaman. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto meminta aksi 22 Mei 2019 besok digelar secara damai. Prabowo pun berpesan kepada pendukungnya agar tak menggunakan kekerasan saat aksi tersebut.

"Saya terus mengimbau agar semua aksi kegiatan berjalan dengan semangat perdamaian, langkah kita adalah konstitusional, demokratis tetapi damai," ucap Prabowo dalam video dari Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) pada Selasa, (21/5/2019).

Prabowo menegaskan, perjuangannya kali ini untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan bukan kepentingan pribadi. Untuk itu, kata dia, perjuangan harus dilakukan dengan cara damai.

"Memang kami banyak mantan tentara, kami mengerti apa arti perang dengan kekerasan, kami tidak menginginkan kekerasan digunakan dalam kehidupan politik, memang berat jalan tanpa kekerasan, tapi sejarah membuktikan justru yang berat itu akan membawa kebaikan," ujar dia.

Prabowo juga meminta kepada pendukungnya agar tak membalas jika diprovokasi pada aksi 22 Mei besok.

"Bahkan kalau saudara dipukul jangan membalas, memang berat seorang kesatria harus memikul beban yang berat. Bila disakiti jangan membalas, selalu memberi kedamaian, berikan langkah positif dan baik," ujar Prabowo.

Selain itu, Prabowo meminta aparat penegak hukum mengayomi seluruh rakyat Indonesia dengan suasana kekeluargaan.

"Kami mohon aparat penegak hukum benar-benar mengayomi masyarakat," tandas Prabowo.

Aparat Tak Gunakan Senjata

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan aparat TNI- Polri dilarang menggunakan senjata atau amunisi tajam saat aksi 22 Mei 2019. Selain itu, aparat juga disarankan menghindari kontak langsung dengan massa.

"Kami rapat di Menko Polhukam menyepakati hindarkan TNI-Polri dari senjata amunisi tajam. Enggak ada lagi sekarang amunisi tajam itu. Dilarang. Berikutnya kita menghindari kontak langsung dengan massa," kata Moeldoko di Kantor Staf Kepresidenan Jakarta, Senin (20/5/2019).

Moeldoko menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan agar tak ada upaya adu domba pada tanggal 22 Mei.

Hal ini juga untuk menghindari TNI-Polri tak menjadi korban tuduhan oleh kelompok yang ingin memanfaatkan kumpulan massa.

"Seperti apa? Ya bisa melakukan menembak pada kerumunan akhirnya seolah-olah tembakan dari aparat kemananan, TNI-Polri," ujar dia.

Moeldoko mengatakan ada sekitar 28 ribu aparat keamanan yang disiapkan untuk mengamankan pengumuman hasil Pemilu pada 22 Mei 2019. Kendati begitu, dia tetap meminta masyarakat tak datang ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengikuti aksi 22 Mei.

"Tetapi kita juga mengimbau masyarakat tidak perlu kumpul," ucap mantan Panglima TNI itu

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya