Populerkan Tradisi Halal Bihalal, Bupati Anas Ajak Doakan Presiden Sukarno dan KH Wahab Chasbullah

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menggelar halal bihalal bersama jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN), Selasa (11/6).

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 13 Jun 2019, 12:36 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2019, 12:36 WIB
Populerkan Tradisi Halal Bihalal, Bupati Anas Ajak Doakan Presiden Sukarno dan KH Wahab Chasbullah
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Liputan6.com, Jakarta Momen halal bihalal di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi disambut antusias dan penuh keceriaan. Jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) kompak mengenakan seragam berwarna hitam yang elegan. Termasuk Bupati, Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang memimpin acara.

Dalam momen tersebut, Bupati Anas mengajak seluruh ASN mendoakan Presiden Sukarno dan KH Abdul Wahab Chasbullah yang berperan membumikan tradisi halal bihalal tersebut.

Kepada jajarannya, selain meminta maaf, Bupati Azwar Anas juga menceritakan sejarah tradisi halal bihalal usai merayakan Idul Fitri yang berkembang di Indonesia.

Dituturkan Anas, penggagas istilah "halal bihalal" adalah salah seorang pendiri NU, yaitu KH Abdul Wahab Chasbullah. Diawali pada 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik bersilang pendapat, enggan duduk dalam satu forum untuk mencari solusi terbaik bagi bangsa. Pemberontakan juga terjadi di sejumlah daerah.

"Di pertengahan Ramadan 1948, Bung Karno meminta pendapat dan saran KH Wahab Chasbullah untuk mengatasi kebuntuan situasi politik Indonesia saat itu. Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahim," jelas Anas.

Anas lalu mencontohkan percakapan KH Wahab. "Para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan, dan itu dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi dipakai istilah halal bihalal," tutur Anas.

Dari saran Kiai Wahab itulah, lanjut Anas, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara menghadiri silaturrahmi yang diberi judul 'Halal bihalal'. Sejak saat itulah, seluruh instansi pemerintah menyelenggarakan Halal bihalal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas. Jadilah itu sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat merayakan Hari Raya Idul Fitri sampai sekarang.

"Untuk itu, Idul Fitri ini harus kita jadikan pula momen untuk untuk saling memperkuat ikatan kekeluargaan bangsa Indonesia. Kita harus bersatu membangun daerah dan bangsa ini, saling memaafkan saudaranya. Sekaligus, mari kita doakan Presiden Sukarno dan KH Wahab Chasbullah yang berperan penting dalam tradisi saling memaafkan umat ini. Alfatihah," ajak Anas mengajak seluruh yang hadir membacakan surat Alfatihah untuk Bung Karno dan KH Wahab Chasbullah.

Lusi Herawati, staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banyuwangi mengungkapkan kegembiraannya memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan halal bihalal jajaran ASN Banyuwangi.

"Senang bisa saling bertemu dan memaafkan. Pasti dalam bekerja selama ini ada kesalahan kami. Misalnya ketika kami koordinasi dengan dinas lain, pasti ada khilaf, misal koordinasi hingga larut malam, meminta data saat tengah malam karena ada kebutuhan pelayanan warga yang urgen, dan sebagainya," jelas 

 

(*)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya