Masyarakat Sempat Panik Saat Erupsi Gunung Bromo

Erupsi Gunung Bromo yang berada di Provins Jawa Timur ini terjadi pada Jumat (19/7/2019) pukul 16.37 WIB.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 20 Jul 2019, 08:02 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2019, 08:02 WIB
Yadnya Kasada, Ritual Melarung Sajen ke Kawah Gunung Bromo
Suku Tengger membawa kambing sajen menuju puncak untuk melarungnya ke kawah dalam ritual Yadnya Kasada di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019). Ritual Yadnya Kasada adalah upacara adat umat Hindu suku Tengger yang diselenggarakan setiap tahun. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur melaporkan masyarakat sempat panik saat Gunung Bromo mengalami erupsi pada Jumat malam (19/9/2019). Namun, kondisi sudah kembali kondusif pascaerupsi.

Erupsi Gunung Bromo yang berada di Provins Jawa Timur ini terjadi pada Jumat (19/7/2019) pukul 16.37 WIB. Saat erupsi tinggi kolom abu tidak teramati. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi sekitar 7 menit 14 detik.

Pantauan hingga Sabtu, (20/7/2019) pukul 06.00 WIB, cuaca berawan dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah barat daya, barat, dan barat laut. Secara visual, gunung terlihat jelas, sedangkan dari parameter lain tremor menerus terekam dengan amplitudo 0.5-1 mm (dominan 1 mm).

Sementara itu Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) mencatat kejadian aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir merupakan fenomena alam biasa dan tidak terkait langsung dengan aktivitas erupsi.

"Kejadian banjir diakibatkan karena hujan yang terjadi di sekitar Kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo bersamaan dengan kejadian erupsi yang menghasilkan abu vulkanik," ujar Kepala PVMBG Kasbani dalam siaran persnya, Sabtu (20/7/2019).

PVMBG juga menyebutkan bahwa morfologi Kaldera Tengger merupakan topografi rendah yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga jika terjadi hujan, aliran air akan bergerak ke arah dasar kaldera. Endapan batuan di sekitar perbukitan Kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo umumnya terdiri dari produk jatuhan yang bersifat lepas, sehingga akan mudah tergerus oleh air hujan.

Masih dari sumber PVMBG, berdasarkan pemantauan cuaca pada 1 hingga 18 Juli 2019 cuaca di sekitar Gunung Bromo cerah berawan hingga mendung. Namun pada 19 Juli 2019, pukul 16.43 WIB PVMBG mencatat satu kali hujan gerimis.

"Curah hujan tercatat di Pos PGA Bromo sebesar 0.4 mm. Aliran banjir berasal dari sisi barat daya lereng Gunung Bromo memutari Gunung Batok ke arah barat. Getaran banjir terekam di seismograph dengan amplitudo maksimum 1 mm dan lama gempa 3 menit 20 detik," ujar Kasbani.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Jauhi Puncak

Gunung dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut ini masih berstatus level II (Waspada) hingga kini. PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengunjung, wisatawan atau pendaki tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 1 km dari kawah aktif Gunung Bromo

Berdasarkan catatan sejarah, letusan atau peningkatan kegiatan vulkanik Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804. Dilihat dari periode letusan, erupsi dapat berlangsung pendek maupun panjang. Periode pendek terjadi pada durasi beberapa hari saja, seperti pada 12 - 14 Juni 1860, sedangkan periode terpanjang yaitu 16 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya