Pesawat Merpati Jatuh di Papua 1 Dekade Lalu, 16 Orang Tewas

Dirut PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Bambang Bhakti menyampaikan, pesawat Merpati MZ 9670 D itu laik terbang.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Agu 2019, 07:33 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 07:33 WIB
merpati
Pesawat Merpati Nusantara Airlines jenis Boeing 737-300 yang tergelincir di Bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat. Tak ada korban jiwa dalam insiden yang diduga karena cuaca buruk tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Bandar Udara Sentani, Jayapura, Papua, Minggu 2 Agustus 2009. Cuaca cerah mengiringi penerbangan Merpati MZ 9670 D jenis Twin Otter menuju Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pesawat yang membawa 16 penumpang dan kru itu pun lepas landas sekitar pukul 10.15 WIT.

Tak lama mengudara, sekitar pukul 10.28 pesawat Merpati itu kehilangan kontak dengan menara pengawas di Bandara Sentani. Bahkan, ketika prediksi kedatangan sekitar pukul 11.05 WIT di Bandara Oksibil terlewati, pesawat itu tak kunjung tiba.

Kuat dugaan, cuaca buruk setelah pesawat mengudara membuat Merpati MZ 9670 D hilang di sekitar pegunungan Obipap. Sejumlah upaya pencarian dilakukan untuk menemukan pesawat yang membawa 11 penumpang dewasa, 2 bayi dan 3 orang kru itu.

Satu helikopter Kamov yang membawa 8 anggota tim SAR diterbangkan ke jalur penerbangan pesawat yang hilang. Sementara, 14 anggota tim SAR lainnya diangkut menggunakan pesawat Twin Otter Merpati. Namun, medan yang sulit serta terbatasnya peralatan membuat pencarian tak mudah dilakukan.

Selama pencarian, banyak kendala yang dihadapi tim SAR. Antara lain cuaca buruk yang selalu menaungi wilayah Oksibil. Diketahui, Oksibil merupakan salah satu dari tujuh kabupaten yang terletak di pedalaman Papua dan hanya dapat dijangkau dengan menggunakan pesawat berbadan kecil seperti Twin Otter.

Selama dua hari pencarian, hasilnya nihil. Padahal, bantuan tambahan berupa armada pesawat untuk menyisir hutan Oksibil juga sudah dikerahkan. Namun, misteri masih menyelimuti hilangnya pesawat itu.

Akhirnya, Selasa 4 Agustus 2009, sekitar pukul 06.25 WIT misteri itu terungkap. Pesawat Merpati nahas itu ditemukan pilot Eric Douglas yang menerbangkan pesawat Cessna OK-RCY milik Aviation Missionaries Association (AMA). Pesawat ini tergabung dalam tim SAR gabungan di bawah komando Danlanud Sentani, Jayapura.

Pihak Merpati yang mengetahui kabar itu langsung menuju lokasi jatuhnya pesawat di Kampung Ampisibil atau beberapa mil dari Bandara Oksibil. Berdasarkan hasil temuan, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Bambang Bhakti menyampaikan, bahwa semua penumpang dan awak pesawat Merpati MZ 9670 D tewas.

"Semua penumpang dan awak pesawat dipastikan tewas akibat kecelakaan pesawat Twin Otter Merpati. Hal ini kami ketahui dari Tim Darat dan warga masyarakat Abmisibil yang sudah berada di lokasi jatuhnya pesawat tersebut," ujar Bambang.

Pesawat nahas itu ditemukan pada koordinat 04-42,25 LS dan 140-36,84 BT. Lokasi ini berada pada jarak 3 nautikal mil dari Ambisibil dengan ketinggian 9.300 kaki di atas permukaan laut. Sedangkan dari Oksibil berjarak 20 nautika mil.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Faktor Cuaca atau Pilot?

Sementara itu, menanggapi dugaan bahwa pesawat tidak laik terbang, Direktur Utama Engine Engineering PT Merpati Nusantara Capt Hotlan Siagian menyatakan pesawat masih dalam kondisi baik dan layak terbang. Dia juga membantah bahwa penyebab kecelakaan tersebut karena kondisi pesawat yang tidak laik terbang.

Menurutnya, PT Merpati selalu melakukan perawatan secara berkala untuk memastikan pesawat berada dalam kondisi terbaik.

"Perawatan itu selalu dilakukan. Bahkan, beberapa waktu lalu sudah di-upgrade komponennya," ujar Hotlan.

Untuk penerbangan perintis di Papua, PT Merpati memiliki lima buah pesawat berjenis Twin Otter. Dengan kejadian ini, maka seluruh pesawat produksi tahun 1979 yang sudah berusia 30 tahun tersebut tinggal menyisakan empat buah pesawat.

Menurut Hotlan, pesawat jenis Twin Otter di Papua rata-rata terbang sampai lima kali sehari. Dengan demikian, maka dalam sehari Merpati melayani 20 sampai 25 rute penerbangan.

"Permintaan terbang untuk kawasan Papua memang cukup tinggi," jelas dia.

Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia yang melakukan investigasi terhadap penyebab kecelakaan membuat kesimpulan yang menyatakan penyebab kecelakaan kemungkinan karena kesalahan pilot.

Dalam laporannya, Merpati Nusantara Airlines disebutkan tidak sepenuhnya bekerja sama dengan KNKT karena mereka tidak memberikan rincian lengkap kepada penyidik tentang pemeriksaan keadaan awak pesawat dan pelatihan yang telah dilakukan.

Berdasarkan manifes yang dimiliki PT Merpati Nusantara, jumlah penumpang pada pesawat Twin Otter tersebut 16 orang, terdiri dari tiga awak, 13 penumpang dewasa dan 2 orang balita.

Awak:

1. Kapten Qadrianova (pilot)

2. Pramudya (kopilot)

3. Supriadi (teknisi)

Penumpang:

1. Yacob

2. Simon

3. Nutulo

4. Yanes

5. Lauren

6. Yohanes

7. Martina

8. Edy

9. Basilus

10. Oliver

11. Yustinus

12. Nelvina

13. Tidak diketahui

 

Penulis: Desti Gusrina

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya