Profil Gracia Billy Mambrasar, Penjual Kue yang Kini Jadi Stafsus Presiden

Sebagai penjual kue, Gracia Billy Mambrasar memiliki semangat pantang menyerah hingga akhirnya kini dia berhasil menjadi Stafsus Presiden.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2019, 19:53 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2019, 19:53 WIB
Jokowi Memperkenalkan 7 Staf Khusus Baru Presiden
Presiden Jokowi memperkenalkan 7 staf khususnya yang baru. Staf khusus baru presiden itu didominasi generasi milenial. (Lizsa Egeham/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Gracia Billy Yosaphat Y Mambrasar atau Gracia Billy Mambrasar ditunjuk menjadi staf khusus (stafsus) presiden. Penunjukan itu langsung dilakukan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Saat mengumumkan, Jokowi menyebut jika Gracia Billy Mambrasar merupakan putra Papua. Jokowi juga mengatakan saat ini Gracia Billy Mambrasar sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Oxford, Inggris.

Lantas, siapakah sebenarnya Gracia Billy Mambrasar? Seperti dikutip dari Antara, Kamis (21/11/2019), Billy sedang dalam proses penyelesaian tesis studi gelar Magister (MSc) dalam bidang bisnis di Universitas Oxford.

Namun rupanya, gelar tersebut bukanlah gelar pertamanya. Billy sebelumnya sudah menyelesaikan studi di Australian National University (ANU) dengan beasiswa dari Pemerintah Australia dan menjadi mahasiswa terbaik pada 2015 lalu.

Dalam waktu dekat, Billy bahkan akan melanjutkan pendidikan doktoralnya dengan Beasiswa Afirmasi dari LPDP di Universitas Harvard, Amerika Serikat dalam bidang pembangunan manusia.

Bagi Billy, bisa kuliah di universitas ternama dunia mungkin tak pernah terlintas di benaknya. Karena, ia berasal dari keluarga kurang mampu di Serui, Kepulauan Yapen, Papua.

Sehari-hari, ibunya berjualan kue dan makanan di pasar untuk menghidupi keluarganya. Ayahnya seorang guru. Tak jarang, Billy membantu ibunya berjualan kue.

"Subuh ibu bikin kue, paginya ibu pergi ke pasar jualan, kami ke sekolah sambil bawa kue untuk dijual," ujar Billy saat berkunjung ke Kantor Berita Antara Jakarta.

Sebagai penjual kue, Gracia Billy Mambrasar memiliki semangat pantang menyerah saat menjajakan dagangannya.

Pasalnya, jika kue tersebut tidak habis, maka tidak bisa dijual kembali keesokan harinya. Sisa kue jualan itu dimakannya bersama saudaranya daripada basi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Raih Kesuksesan Tak Terbatas

Jokowi Memperkenalkan 7 Staf Khusus Baru Presiden
Presiden Jokowi berpose bersama tujuh staf khususnya yang baru. Tujuh staf khusus baru presiden itu didominasi generasi milenial. (Lizsa Egeham/Liputan6.com)

Rumah Billy rupanya juga tidak dialiri listrik, sehingga ia harus belajar menggunakan pelita dan lampu minyak.

Meski terbatas, mimpi Billy untuk meraih kesuksesan ternyata tak terbatas. Mengingat dia berasal dari keluarga tidak mampu, maka dia berusaha tekun belajar agar berprestasi dan bisa mendapatkan beasiswa.

Saat di bangku SMA, Billy mendapatkan beasiswa dari Pemprov Papua. Saat itu, hanya anak-anak terbaik dari sembilan kabupaten di Papua yang bisa mendapatkan beasiswa SMA favorit di Jayapura. Billy termasuk salah satunya.

"Waktu SMA tinggal di sekolah berasrama di Jayapura, jadi tidak ada keluar biaya," kata Billy.

Saat SMA, Billy bermimpi bisa menjadi insinyur dan kuliah di kampus teknik. Ia mengaku terinspirasi Presiden pertama Indonesia Ir Sukarno yang merupakan mahasiswa teknik sipil dan bersekolah di kampus kulit putih milik Belanda, yakni Institut Teknologi Bandung.

Orangtuanya bilang jika hal itu tidak mungkin tercapai karena tak ada biaya, apalagi sekolahnya di Pulau Jawa, bukan di Papua. Untuk biaya perjalanan saja tidak ada.

"Karena saya penjual kue, saya terbiasa tidak mudah menyerah dan membulatkan tekad kuliah ke Jawa. Saya ingin kuliah di ITB, kampus teknik terbaik. Melihat tekad saya, orangtua kemudian berkeliling minta bantuan, mengetuk pintu dinas satu ke dinas lainnya untuk minta bantuan dana," kenang Billy.

Singkat cerita, biaya untuk tes masuk terkumpul dan ia berangkat ke Bandung, Jawa Barat. Akhirnya, ia diterima di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Biaya kuliah didapat dari beasiswa afirmasi dan otsus dari pemerintah.

Saat kuliah, Billy kembali berjualan untuk mendapatkan tambahan penghasilan guna bertahan hidup. Padahal, pekerjaan itu sudah ditinggalkannya saat SMA.

Ia juga mengamen, menyanyi di kafe dan pernikahan, serta berjualan kue untuk mendapatkan tambahan uang makan dan biaya hidup.

Billy juga pernah diundang untuk magang oleh Pemerintah Amerika Serikat dan berbicara di State Department Amerika Serikat. Dalam kunjungan ke Gedung Putih, Billy bertemu dengan Presiden Barack Obama.

Pada 2017, Billy ditunjuk sebagai utusan Indonesia yang berbicara tentang isu pendidikan di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.

 

Dapat Pekerjaan Bergengsi

Presiden Jokowi mengumumkan 7 nama staf khusus presiden.
Presiden Jokowi mengumumkan 7 nama staf khusus presiden, Kamis (21/11/2019).(Liputan6.com/ Lizsa Egeham)

Lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan bergengsi mungkin menjadi impian banyak mahasiswa. Akan tetapi, tidak dengan Billy.

Lulus kuliah di ITB, Billy langsung mendapatkan pekerjaan bergengsi di salah satu perusahaan minyak dan gas asal Inggris.

Namun saat itu, hatinya gelisah meskipun mendapat gaji fantastis dan fasilitas yang memadai. Keputusannya bulat. Ia memilih mengurus yayasan yang memfokuskan pada pendidikan anak-anak Papua, Kitong Bisa. Yayasan itu didirikan pada 2009.

Kitong Bisa mempunyai arti kita bisa, dengan kata lain semua anak-anak Papua bisa meraih pendidikan meski berasal dari keluarga miskin.

Melalui Kitong Bisa, Billy ingin memberikan akses pendidikan untuk anak-anak tidak mampu, khususnya di Papua dan Papua Barat. Sejumlah pelatihan keterampilan juga diselenggarakan.

Saat ini, Kitong Bisa melalui usaha sosialnya, mengoperasikan sembilan pusat belajar dengan 158 relawan dan 1.100 anak.

Sekitar 20 di antara anak didiknya menempuh ilmu di sejumlah perguruan tinggi ternama dunia. Lainnya, ada yang menjadi pengusaha dan juga bekerja di sejumlah perusahaan.

"Saya melihat kompleksitas pendidikan dan juga akses pendidikan masih menjadi kendala di Papua, oleh karenanya kami fokus dalam pembangunan SDM. Hal ini sesuai juga dengan komitmen Presiden Jokowi dalam membangun SDM," ucap Billy.

Sumber dana untuk pengoperasian pusat belajar berasal dari dua perusahaan di bawah naungan Kitong Bisa, yakni Kitong Bisa Consulting dan Kitong Bisa Enterprise.

Sekitar 30 persen dari keuntungan kerajinan tangan yang dijual melalui Kitong Bisa Enterprise disumbangkan ke yayasan. Kemudian 10 persen dari pendapatan Kitong Bisa Consulting juga disumbangkan untuk yayasan.

"Dari kiprah di Kitong Bisa, saya akhirnya berhasil meraih beasiswa di Oxford. Mereka tertarik karena saya memutuskan berhenti dari zona nyaman menjadi penggerak sosial dan pendidik untuk melakukan perubahan. Saya kemudian mendapatkan beasiswa dari Oxford," jelas Billy.

Kini, Billy berhasil membuktikan. Hasil memang tidak pernah mengkhianati usaha. Billy juga berhasil membuktikan meski berasal dari keluarga tidak mampu di Papua, ia kini menjadi Stafsus Presiden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya