Penumpang Soekarno-Hatta Turun 11,4 Juta Sepanjang 2019, karena Harga Tiket?

Penyebab penurunan karena pengaruh harga tiket yang mahal dan banyaknya infrastruktur transportasi lain yang sudah terbangun.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Des 2019, 15:06 WIB
Diterbitkan 22 Des 2019, 15:06 WIB
Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Lion Air terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (16/5/2019). Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi antara Kementerian Bidang Perekonomian dan Kementerian Perhubungan memutuskan tarif batas atas tiket pesawat turun sebesar 12-16 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Penumpang Bandara Soekarno-Hatta turun hingga 11 juta orang sepanjang 2019, yakni 54,2 juta penumpang dari 65,6 juta penumpang sepajang 2018.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam paparannya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang menyebutkan penurunan penumpang secara keseluruhan di bandara yang dikelola AP II, yakni 18,85 persen.

"Kita memperkirakan pergerakan penumpang akan berpotensi menurun 18 persen menjadi 90,5 juta," kata Muhammad Awaluddin, Minggu (22/12/2019).

Berdasarkan data AP II, penurunan terbesar terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, bahkan jauh di bawah jumlah keseluruhan penumpang tiga tahun lalu sepanjang 2016, yakni 58,1 juta penumpang.

Pergerakan di Bandara Soekarno-Hatta menyumbang 60 persen dari pergerakan penumpang di seluruh pergerakan di seluruh bandara AP II. Seiring dengan itu pun, Bandara Soekarno-Hatta menyumbang 60 persen terhadap pendapatan perusahaan.

Sementara itu, bandara-bandara AP II besar yang mengalami penurunan, yakni Bandara Kualanamu mengalami penurunan 2,5 juta penumpang dari 10,4 juta penumpang sepanjang 2018 menjadi 7,9 juta penumpang sepanjang 2019.

Dalam kesempatan sama, Direktur Teknik AP II Djoko Murdjatmodjo mengatakan penyebab penurunan terjadi karena pengaruh adanya harga tiket yang mahal dan banyaknya infrastruktur transportasi lain yang sudah terbangun, yakni Tol Trans Jawa dengan Tol Trans Sumatera.

"Di dalam penerbangan, tidak hanya satu penyebabnya di seluruh dunia pun pergerakan turun. Kita kena imbas karena adanya isu yang dihembuskan terkait harga tiket, bagasi berbayar," katanya.

Padahal, menurut dia, sejak dahulu dalam penerbangan berbiaya murah (LCC), bagasi memang tidak termasuk dalam komponen harga tiket.

"Penerbangan LCC, bagasinya pasti berbayar. Komponen tarif itu tidak ada bagasi," katanya seperti dikutip Antara.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tetap Optimistis

Djoko menyebutkan daya beli masyarakat juga berpengaruh karena adanya tiket mahal dan bagasi berbayar itu. Faktor lainnya, lanjut dia, yakni membaiknya infrastruktur transportasi lain, seperti tol terutama untuk penerbangan di wilayah Jawa.

"Di Jawa infrastruktur darat yang cukup membaik. Tol saat ini cukup tinggi. Di udara justru rendah. Di satu sisi kondisi memang bergerak," katanya.

Namun, Djoko optimistis permintaan akan terus tumbuh karena pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia dinilai lebih baik, yakni empat persen dibanding negara lainnya, yakni tiga persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya