Sejarah Pandemi Virus di Indonesia Sebelum Wabah Covid-19

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan, Corona virus atau Covid-19 bukan pandemi pertama yang dialami Indonesia.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Agu 2020, 11:26 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 11:26 WIB
Doni Monardo
Di ruang kerja relawan Hotel Media, Jakarta, Jumat (7/8/2020), Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo berpesan seluruh relawan untuk menjaga kesehatan. (Dok Tim Komunikasi Publik Satgas Penanganan COVID-19)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan, Corona virus atau Covid-19 bukan pandemi pertama yang dialami Indonesia.

Jika dirunut dari sejarah dan beberapa literatur, Indonesia pernah menghadapi wabah penyakit pada 1900-an saat masih bernama Hindia Belanda. Banyak manuskrip dan testimoni dari berbagai narasumber sudah dikumpulkan tim sejarawan dari Universitas Indonesia.

"Kalau ada yang mengatakan Covid ini adalah yang pertama terjadi di muka bumi, saya berani mengatakan, itu salah," kata Doni dalam keterangannya, Jakarta, Senin (10/8/2020).

Beberapa bukti dari media massa di zaman tersebut yang menguatkan bahwa Covid-19 bukan pandemi pertama bagi Indonesia, di antaranya, Algemeen Handelsblad edisi 30 Oktober 1918 dengan judul Spaansche Griep (Flu Spanyol). Kedua, De Masbode edisi 7 Desember 1918 dengan judul Kolonien Uit Onze Oost, De Spaansche Ziekte op Java (Dari Timur Kami, Penyakit Spanyol di Jawa).

Kemudian ada juga, De Telegraaf edisi 22 November 1918 yang memuat berita berjudul De Spaansche Griep op Java (Flu Spanyol di Jawa). Masih dari media yang sama, tanggal 5 Februari 1919, menurunkan berita berjudul De Spaansche Griep op Java de Officieele Sterftecijfers (Angka kematian resmi flu Spanyol di Jawa). Keempat, De Sumatra Post edisi 11 Desember 1920, menurunkan tulisan berjudul Influenza.

Doni menyebut saat itu, jumlah penduduk Hindia Belanda ada sekitar 35 juta jiwa, dan yang meninggal karena Flu Spanyol hampir 13,3 persen. Dia pun beranggapan jumlah itu lebih banyak daripada pandemi Covid-19 hari ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lebih Buruk

Oleh karena itu, dia berani menyebut kondisi terdahulu lebih buruk daripada sekarang. 

"Jumlah penduduk Hindia Belanda tahun-tahun itu, sekitar 35 juta jiwa. Dari jumlah itu, 13,3 persen meninggal karena Flu Spanyol. Itu artinya, lebih dari 4,6 juta nyawa meregang. Karena itu saya berani mengatakan, kondisi waktu itu jauh lebih buruk," jelas Doni.

Doni pun berpesan, pandemi Covid-19 sekarang harus disikapi secara serius. Agar tidak terjadi seperti masa lampau.

"Kita yang bekerja di bidang penanganan Covid harus mengetahui tentang peristiwa di masa lalu. Kita harus berani mengatakan Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa. Zaman dulu saja pernah merenggut jutaan manusia, bukan tidak mungkin Covid-19 juga merenggut nyawa yang tidak sedikit, jika tidak ditangani secara serius. Jika kita semua tidak menyikapinya secara sungguh-sungguh," tutup Doni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya