Waspada Bencana Hidrometeorologi, Kemenhub Fokus Amankan Sektor Udara dan Laut

Kemenhub melakukan upaya antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi yang diprediksi oleh BMKG

oleh Gilar Ramdhani pada 13 Okt 2020, 18:46 WIB
Diperbarui 13 Okt 2020, 18:51 WIB
Menhub Budi Karya di Pelabuhan Patimban. istimewa ©2020 Merdeka.com
Menhub Budi Karya di Pelabuhan Patimban. istimewa ©2020 Merdeka.com

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia bakal menghadapi bencana hidrometeorologi yang terjadi akibat dari adanya peningkatan curah hujan pada bulan depan. Merespon hal tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah melakukan sejumlah antisipasi di sektor perhubungan udara dan laut.

“Menindaklanjuti arahan Presiden untuk mengantisipasi adanya bencana hidrometeorologi. Kami sudah melakukan sejumlah antisipasi khususnya di sektor perhubungan udara dan laut,” demikian disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (13/10).

“Kami meminta seluruh penyelenggara sarana dan prasarana transportasi dan stakeholder terkait lainnya untuk melakukan upaya antisipasi dan penanganan tanggap darurat,” tambah Menhub.

Di sektor udara, Kemenhub telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kegiatan Penerbangan pada Kondisi Weather Minima. Weather minima yaitu suatu kondisi visibilitas atau jarak pandang yang terbatas karena faktor cuaca.

SE tersebut ditujukan kepada penyelenggara angkutan udara, bandar udara, navigasi penerbangan, dan pelayanan informasi meteorologi penerbangan.

Petakan Bandara yang Berlokasi di Daerah Rawan

Bandara I Gusti Ngurah Rai (Foto: Dok PT Angkasa Pura I)
Bandara I Gusti Ngurah Rai (Foto: Dok PT Angkasa Pura I)

Di dalam SE tersebut menginstruksikan kepada pihak-pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi jika terjadi kondisi weather minima sesuai SOP, seperti : informasi perubahan cuaca, instruksi kepada pilot, memastikan keandalan dan akurasi peralatan navigasi penerbangan, mengukur visibility runway, dan sebagainya.

Kemenhub juga telah memetakan dan melakukan upaya antisipasi di 15 bandara yang berlokasi di daerah rawan tsunami seperti : Bandara Binaka Gunung Sitoli, Minangkabau, Ngurah Rai, Balikpapan, Mamuju, Luwuk, Ende, Maumere, Melonguane, Ternate, Weda, Buli, Ambon, Manokwari, dan Biak.

Terbitkan Maklumat Pelayaran

Pelabuhan Gili Manuk
Pelabuhan Gili Manuk

Sementara itu di sektor laut, Menhub telah menginstruksikan kepada jajaran Ditjen Perhubungan Laut yaitu di Direktorat Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) dan Kenavigasian, Distrik Navigasi, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan di seluruh Indonesia untuk melakukan upaya antisipasi.

Antisipasi yang dilakukan seperti: menerbitkan Maklumat Pelayaran jika terjadi cuaca buruk dan gelombang tinggi, mengoptimalkan tim respons cepat Ditjen Perhubungan Laut terkait kesiapsiagaan tanggap darurat. 

Juga untuk mengoptimalkan sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran melalui Vessel Traffic System (VTS), berkoordinasi dengan Basarnas, serta menyiagakan kapal patroli.

Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan laut melakukan integrasi sistem sensor penerima peringatan atau sensor warning receiver system new generation yang dipasang di VTS pada pelabuhan-pelabuhan yang rawan Tsunami. 

Penempatan alat penerima peringatan tersebut dipasang di beberapa pelabuhan seperti di Bakauheni, Bali, Ambon, Teluk Bayur, dan di Marine Command Center (MCC) yang berada di kantor Pusat Kemenhub Jakarta.

BMKG memprediksi fenomena La Nina akan menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia. Diperkirakan curah hujan akan naik 20 sampai 40 persen di atas normal. 

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya