Liputan6.com, Jakarta Apresiasi dan dukungan terhadap Program Sekolah Virtual yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih terus mengalir hingga saat ini. Mereka yang mendukung program ini menilai bahwa Sekolah Virtual dapat menjadi yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.
"Saya kira ini yang pertama dan satu-satunya di Indonesia ada program Sekolah Virtual yang ditujukan untuk membantu masyarakat miskin. Kalau di perguruan tinggi memang ada semisal Bidik Missi, tapi itu konsepnya merekrut anak-anak kurang mampu untuk belajar di kampus. Mungkin di SD, SMP dan SMA juga ada, tapi yang konsepnya Sekolah Virtual ini, saya baru mendengar ini di Indonesia," kata pakar pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo saat dikonfirmasi, Jumat (16/10).
Dalam kesempatan tersebut, Mungin menjelaskan bahwa Sekolah Virtual bukan sekadar program saja tapi merupakan gagasan terbaik untuk menyelesaikan salah satu persoalan pendidikan di Indonesia. Gagasan itu pun hadir melihat fakta bahwa masih banyak anak putus sekolah atau tidak bisa bersekolah karena berbagai faktor, terutama ekonomi.
Advertisement
"Semoga ini bisa berjalan bagus dan menginspirasi daerah lain untuk menerapkan. Saya yakin daerah lain bisa melakukan hal yang sama, asal semuanya mendukung. Baik pemerintah, masyarakat, orang tua dan tenaga pendidiknya," tegasnya.
Mungin berharap masyarakat Jawa Tengah mendukung penuh program Sekolah Virtual ini. Orangtua yang memiliki anak putus sekolah, harus benar-benar memanfaatkan terobosan baru tersebut.
"Itu karena pendidikan itu hak setiap anak bangsa, maka pemerintah harus hadir dalam rangka pemenuhan hak itu. Sekolah Virtual Ganjar ini merupakan wujud nyata pemerintah hadir dan memberikan fasilitas yang sangat berharga bagi anak-anak tidak mampu," terangnya.
Untuk diketahui Sekolah Virtual diresmikan Ganjar pada Selasa (13/10) secara daring, untuk menanggulangi angka anak putus sekolah di Jawa Tengah. Sekolah virtual dibuka di dua tempat, yakni di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali.
Dalam acara itu, hadir sejumlah siswa yang mengikuti sekolah virtual didampingi masing-masing orangtuanya. Di kesempatan itu, para siswa yang tidak mampu itu sangat bersyukur dengan dibukanya sekolah virtual.
Ya mereka mengatakan tidak bisa melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi dan akhirnya bisa melanjutkan cita-citanya. Ganjar pun menerangkan bahwa ide awal pembuatan sekolah virtual untuk memberikan semua anak-anak kesempatan belajar.
"Maka kami buat konsep sekolah virtual ini, agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita-citanya," ucapnya.
Untuk sementara, rintisan sekolah virtual dibuka di dua tempat, yakni di Brebes dan Boyolali. Masing-masing sekolah diikuti oleh 36 siswa.
Sekolah virtual di dua tempat itu diampu oleh sekolah negeri yang ada di sana, yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali. Sehingga, proses belajar mengajar yang didapat bisa tetap memenuhi standar pendidikan nasional.
(*)