Liputan6.com, Jakarta - AKBP Dedy Tabrani, polisi yang menembak seorang teroris bom Sarinah pada 2016, meraih gelar doktor pada Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK) Jakarta.
Dedy dalam keterangan tertulisnya Kamis, 15 Oktober 2020 menyampaikan, judul disertasinya adalah "Terorisme Keluarga: Pendekatan Interdisipliner tentang Jaringan Ulama Kekerasan dalam Serangan Terorisme Bom Bunuh Diri Sekeluarga di Surabaya 2018".
Dikutip dari Antara, sidang promosi doktor secara daring dipimpin Kombes Pol Dr Hadi Purnomo dengan Sekretaris AKBP Dr Benny Maringan Saragih. Lima tim pengujinya adalah Prof Dr Burhan Djabir Magenda, Prof Dr Abdul Gani Abdullah, Dr Reza Idria, Dr Sidratahta Muhtar, dan Dr Herdy Sahrasad.
Advertisement
Promotor dalam sidang yang berlangsung pada Rabu 14 Oktober 2020 adalah Dr Achyar Yusuf Lubis dengan Co-Promotor Noorhuda Ismail, Ph.D dan Angel Damayanti, Ph.D.
Dalam sidang promosi doktoral itu, Dedy Tabrani mampu mempertahankan disertasinya dan resmi menyandang gelar doktor dengan nilai 98,66 atau summa cum laude, dan masa pendidikan 2 tahun 4 bulan.
Dedy adalah perwira polisi yang berhasil menembak mati seorang teroris saat baku tembak setelah peristiwa peledakan di Starbucks Coffee, Jalan MH Thamrin, kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, empat tahun silam.
Saat itu, Dedy Tabrani yang merupakan alumnus Akademi Kepolisian kelahiran Banda Aceh, 15 Oktober 1976, itu menjabat sebagai Kapolsek Metro Menteng Jakarta.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Dapat pin emas
Atas andilnya dalam penanganan tindak terorisme Sarinah itu, Deddy bersama 16 anggota Polri lainnya yang ikut juga berjasa dalam kasus yang sama mendapatkan penghargaan pin emas dari Kapolri (ketika itu) Jenderal Pol Badrodin Haiti.
Dedy yang kini menjabat Wakapolresta Tangerang itu mengaku tertarik mengambil disertasi tentang terorisme karena latar belakangnya awal bertugas adalah di Gegana Antiteror yang kemudian membuatnya banyak belajar tentang ilmu kepolisian, terorisme, dan intelijen.
Sementara itu, salah satu penguji Dr Sidratahta Muhtar mengapresiasi gelar doktor dan nilai yang diraih Dedy yang dinilainya sebagai mahasiswa tekun dan religius.
Menurut Sidratahta, Polri perlu menempatkan para doktor ilmu kepolisian sebagai lini depan untuk pencerahan masyarakat dalam aspek sosial, hukum, isu-isu demokrasi, dan sebagainya.
"Ini agar polisi tetap mendapat tempat di hati masyarakat yang sedang alami demokratisasi," kata Sidratahta.
Advertisement