Imbauan Tim SAR dan PVMBG Usai Gunung Semeru Berstatus Waspada

Pada Rabu, 2 Desember 2020, Tim SAR gabungan gelar observasi di wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru.

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 04 Des 2020, 13:33 WIB
Diterbitkan 04 Des 2020, 13:32 WIB
Gunung Semeru
Foto: Dok. Tim Ekpedisi 7 Summits in 100 Days.

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Gunung Semeru semakin aktif usai mengalami erupsi pada Selasa, 1 Desember 2020. Statusnya pun berada pada level II atau waspada.

Tim Kasi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) dan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM pun memberikan imbauan kepada masyarakat agar tetap waspada.

Pada Rabu, 2 Desember 2020, Tim SAR gabungan menggelar observasi di wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru. Observasi yang dilakukan di daerah dusun Curah Kobokan ini melibatkan 14 orang personel yang terbagi menjadi 4 SRU (Search and Rescue Unit).

Selama observasi, tim SAR gabungan didukung dengan sejumlah peralatan, di antaranya motor trail, APD (Alat Pelindung Diri) seperti helm dan sepatu safety, peralatan komunikasi dan medis, GPS, repeater portable dan peralatan pendukung lainnya.

"Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, tim SAR gabungan mengimbau agar warga tetap berada di daerah aman dan waspada jika terjadi awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru," ujar Kasi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Surabaya I Wayan Suyatna, Rabu, 2 Desember 2020.

Senada, (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM juga merekomendasikan masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif.

Berikut 4 imbauan Tim SAR dan PVMBG usai Gunung Semeru berstatus waspada dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Waspada Abu Vulkanik dan Lahar Dingin

Dikonservasi, Jalur Pendakian Gunung Semeru Ditutup Sementara
Jalur pendakian Gunung Semeru ditutup sementara guna konservasi.

Tim SAR gabungan menggelar observasi di wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru, pada Rabu 2 Desember 2020. Observasi yang dilakukan di daerah dusun Curah Kobokan ini melibatkan 14 orang personel yang terbagi menjadi 4 SRU (Search and Rescue Unit).

Kasi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Surabaya, I Wayan Suyatna mengatakan, berdasarkan hasil observasi tim SAR gabungan, sebagian daerah di Dusun Curah Kobokan, seperti di area hutan pinus dan area ladang milik warga telah tertutup abu vulkanik Gunung Semeru. Warga diminta waspada.

"Hamparan abu vulkanik Gunung Semeru ini kondisinya masih terasa panas meskipun para personel tim SAR gabungan yang ikut dalam observasi menggunakan sepatu safety yang cukup tebal," ujar Suyatna.

Selain kondisi tersebut, lanjut dia, masih terdapat lahar dingin yang mengalir di sungai Besuk Lengkong dengan ketinggian sekitar 25 cm. Namun demikian, kondisi ini masih dirasa aman.

"Kondisi cuaca di sekitar area observasi terpantau mendung pada siang hari dan hujan ringan di sore hari," kata Suyatna.

Suyatna memaparkan, selama observasi, tim SAR gabungan didukung dengan sejumlah peralatan, di antaranya motor trail, APD (Alat Pelindung Diri) seperti helm dan sepatu safety, peralatan komunikasi dan medis, GPS, repeater portable dan peralatan pendukung lainnya.

Observasi ini melibatkan personel gabungan dari tim Kantor SAR Surabaya, KODIM 0821 Lumajang, Polres Lumajang, BPBD kabupaten Lumajang, RAPI, ORARI, YSDF, SAR OPA, TAGANA Lumajang, PMI dan sejumlah personel relawan lainnya.

"Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, tim SAR gabungan mengimbau agar warga tetap berada di daerah aman dan waspada jika terjadi awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru," jelas Suyatna.

 

Diimbau Tak Lakukan Aktivitas di Areal Kawah Aktif

Gunung Semeru Erupsi, Lahan Pertanian di Lumajang Tertutup Debu
Seorang warga memeriksa lahan pertanian yang terdampak letusan Gunung Semeru di Lumajang, Provinsi Jawa Timur (3/12/2020). PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM merekomendasikan, masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer. (AFP/Juni Kriswanto)

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM merekomendasikan, masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif.

Areal itu merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru, tepatnya di Kawah Jonggring Seloko sebagai alur luncuran awan panas.

Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani juga meminta masyarakat mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jonggring Seloko.

Berdasarkan pengamatan 2 Desember 2020 sampai pukul 24.00 WIB, Gunung Semeru di Lumajang, Malang, Jawa Timur, masih mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar.

"Pengamatan secara visual gunung terlihat jelas, terdapat kabut tetapi asap kawah nihil. Teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 2.500 meter. Gunung dominan tertutup kabut, teramati 10 kali guguran lava pijar jarak luncur kurang lebih 500-750 meter dari ujung lidah lava atau kurang lebih 250 meter dari kawah aktif arah Besuk Kobokan," ujar Kasbani dalam keterangan resminya, Kamis, 3 Desember 2020.

 

Waspada Awan Panas

Gunung Semeru Erupsi, Lahan Pertanian di Lumajang Tertutup Debu
Seorang warga memeriksa lahan pertanian yang terdampak letusan Gunung Semeru di Lumajang, Provinsi Jawa Timur (3/12/2020). Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani juga meminta masyarakat mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jonggring Seloko. (AFP/Juni Kriswanto)

Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani meminta masyarakat juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Kasbani menjelaskan, radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Gunung Semeru yang memiliki tipe strato dengan kubah lava, dengan puncak tertinggi Mahameru (3.676 mdpl) aktivitasnya tedapat di Kawah Jonggring Seloko. Letaknya di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913.

"Letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru. Penghancuran kubah atau lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru," jelas Kasbani.

PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan berdasarkan pengamatan visual Gunung Semeru, menunjukkan adanya kenaikkan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran.

Kenaikan ini diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan kubah lava di bagian puncak. Dari kegempaan hingga 1 Desember 2020 pukul 06.00 WIB didominasi oleh gempa guguran dan beberapa kali gempa awan panas guguran.

 

(Fifiyanti Abdurahman)

Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru

Infografis Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya