Liputan6.com, Jakarta - Ada kisah menarik dari dua penumpang pesawat nahas Sriwijaya Air SJ 182. Mereka adalah pasangan kekasih Teofilus Lau Ura dan Shelfi.
Diketahui, Teofilus Lau Ura menggunakan KTP atas nama Feliks Wenggo, sedangkan Shelfi atas nama Sarah Beatrice Alomau.
Dengan begitu, nama yang tercatat dalam manifest penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu bukanlah asli keduanya. Hal tersebut dikonfirmasi perwakilan keluarga Teofilus, Benediktus Beke.
Advertisement
Beke mengungkapkan, keponakannya, Teofilus menggunakan KTP Feliks untuk membeli tiket pesawat Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pontianak.
"Mereka dua itu kan calon suami istri sama-sama orang Ende. Satu dari Detusoko dan yang satu dari Desa Pora. Kemudian mereka berangkat ke Pontianak itu dengan mempergunakan identitas yang bukan identitasnya sendiri atau identitas orang lain," kata Beke.
Keduanya memutuskan terbang ke Pontianak untuk mencari peruntungan. Pasalnya, jelang pernikahan, Teofilus alias Olus diberhentikan dari pekerjaan sebelumnya di Jakarta.
Berikut 4 hal terkait kisah pinjam KTP yang dilakukan penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dihimpun Liputan6.com:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pinjam Tanpa Sepengetahuan Teman
Berniat mencari kerja ke Pontianak, Kalimantan Barat, sepasang calon pengantin asal Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) naik pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Sabtu 9 Januari 2021 siang itu.
Mereka adalah Teofilus Lau Ura, pria kelahiran 5 Maret 1998 dan calon istrinya yang dipanggil Shelfi.Â
Namun, nama mereka tak tercatat dalam manifes pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu tersebut. Justru, nama temannya lah yang berada di daftar korban. Feliks Wenggo namanya.
Perwakilan keluarga Teofilus, Benediktus Beke mengungkapkan hal tersebut. Dia mengatakan, Teofilus naik pesawat menggunakan KTP milik keponakannya. Sedangkan Shelfi menggunakan KTP temannya bernama Sarah Beatrice Alomau.
Dia menuturkan, Teofilus menggunakan KTP Feliks untuk membeli tiket pesawat Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pontianak tanpa sepengetahuan keponakannya itu.
"Mereka dua itu kan calon suami istri sama-sama orang Ende. satu dari Detusoko dan yang satu dari Desa Pora. Kemudian mereka berangkat ke Pontianak itu dengan mempergunakan identitas yang bukan identitasnya sendiri atau identitas orang lain," kata Beke.
"Waktu itu Olus (nama panggilan dari Teofilus Lau Ura), pinjam KTP bawa fotokopi saja untuk pergi swab dan untuk pembelian tiket di penerbangan," lanjut dia soal penumpang Sriwijaya Air tersebut.
Advertisement
Ingin Cari Peruntungan di Pontianak
Beke mengatakan, Olus dan Shelfi meninggalkan Jakarta untuk mencari kerja di Pontianak. Saat pembatasan sosial berskala besar diberlakukan di Jakarta, Olus menganggur. Padahal, sebentar lagi keduanya akan menikah.
Oleh karena itu, mereka berencana mencari kerja di Pontianak.
"Dia sudah menganggur dan sebentar lagi keduanya mau menikah tetapi tidak mempunyai uang sehingga walaupun gunakan identitas KTP orang lain, keduanya nekat berangkat ke Pontianak untuk mencari kerja di sana," ungkap Beke.
Prihatin pada Maskapai Penerbangan
Beke mengatakan, Feliks Wenggo saat ini berada di Jakarta dan dari pihak keluarga sudah meminta dirinya melapor ke polisi terkait KTP-nya dipinjam tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
Dia juga merasa prihatin, pihak penerbangan bisa melayani pembelian tiket menggunakan KTP foto copy. Beke berharap agar jasad Teofilus dan Shelfi segera ditemukan.
"Dalam kondisi apa pun, kami sudah menerima sebagai sebuah musibah. Olus ini kan tulang punggung satu-satunya dalam keluarga. Mereka di dalam keluarga juga bukan orang berpunya. Sekarang kehilangan segalanya. Cuma tinggal mamanya dengan adiknya. Mereka berdua di rumah. Bapanya sudah lama pergi ke Malaysia dan sampai sekarang belum pulang," dia menjelaskan.
Â
Advertisement
Berharap Tetap Dapatkan Haknya
Beke berharap, meski ada perbedaan identitas penumpang tidak menjadikan kendala negara memberikan hak-hak korban sebagai penumpang dalam penerbangan itu.
"Soal perbedaan KTP dan identitas hanya bersifat administratif tetapi benar jasad itu adalah keluarga kami. Kami minta supaya hak-hak dia diberikan baik dari Perhubungan maupun dari Jasa Raharja," ungkap Benediktus Beke.
Ia menjelaskan, hari ini orangtua dari Teofilus Lau Ura sudah berada di Kota Ende dan rencananya berangkat ke Jakarta karena dari pihak Forensik Mabes Polri akan mengambil sampel DNA mamanya untuk pencocokan dengan jasad korban yang ditemukan.