Pengamat: Bom Gereja Makassar Polanya Mirip dengan Serangan Teroris di Katedral Jolo Filipina

Berdasarkan runtutan kronologi yang disampaikan polisi maupun rekaman video yang beredar di media sosial, patut diduga kalau aksi bom bunuh diri seperti ini telah direncanakan.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mar 2021, 17:54 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2021, 17:54 WIB
Penjagaan Ketat Gereja Katedral Makassar Pasca Ledakan Bom
Petugas polisi berjaga di dekat gereja tempat ledakan meledak di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021). Pastor Gereja Katedral Makassar, Wilhelminus Tulak menyampaikan ledakan terdengar sangat keras. Bahkan, kaca-kaca hotel di samping gereja turut terkena dampak. (AP Photo/Yusuf Wahil)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarok menilai insiden ledakan bom yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi, merupakan aksi teror yang sudah terencana sebelumnya.

"Aksi secara spesifik menyasar pada gereja yg sedang ada kebaktian dengan maksud supaya menimbulkan korban jiwa yang banyak," kata Zaki ketika dihubungi merdeka.com Minggu (28/3/2021).

Menurutnya, berdasarkan runtutan kronologi yang disampaikan polisi maupun rekaman video yang beredar di media sosial, patut diduga kalau aksi bom bunuh diri seperti ini telah disusun sebelumnya.

Dia mengatakan kejadian bom di Makassar ini, mengingatkan teror bom di tiga gereja di Surabaya pada 2018 silam, termasuk yang terjadi di Gereja Katedral Jolo Filipina pada 2019 yang pelakunya sepasang suami-istri asal Indonesia.

"Saya melihat modelnya mirip di Surabaya. Info awal pelaku amaliah dua orang bersepeda motor, yang satu diduga perempuan. Jika dugaan awal itu benar, mungkin pelaku sepasang suami istri. Polanya sama dengan bom bunuh diri di katedral jolo Filipina 2019,” kata Zaki.

Oleh karena itu, Zaki menduga kalau pelaku bom bunuh diri ini patut diduga terafiliasi dengan jaringan pendukung kelompok teroris ISIS di Indonesia, kelompok pertama seperti gerakan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

"Saya kira aksi bom bunuh diri itu ada hubungan dengan penyerangan tentara dan polisi yang semakin gencar ke basis kekuatan MIT. Akibat serangan itu beberapa waktu lalu, dua militan MIT tewas salah satunya menantu Santoso. Dikabarkan bahwa Ali Kalora selamat tapi terluka parah," katanya.

"Jadi mungkin saja bom bunuh diri sebagai aksi pembalasan, untuk menunjukkan bahwa kelompok jihadis itu masih mempunyai kekuatan," lanjut dia.

Didukung Kelompok JAD ?

Selain keterkaitan MIT, dia juga menganalisa adanya kemungkinan aksi bom yang terjadi di Makassar turut disokong kelompok teroris Jemaah Ansharud Daulah (JAD). Terlebih, bila dirunut aksi bom bunuh diri yang terjadi dalam 20 tahun kebelakang terkhusus yang berada di Indonesia hampir semuanya terkoneksi dengan organisasi jihadis.

Mulai dari Jemaah Islamiyah (JI) pada tahun 2000-2009. Kemudian, melibatkan beberapa pengikut  Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) tahun 2010-2014, setelah itu banyak melibatkan para pendukung Jemaah Ansharud Daulah (JAD) sejak 2015 sampai dengan saat ini.

"Teror Thamrin 2016, pelemparan bom gereja Samarinda 2016,  bom bunuh diri kampung Melayu 2017, bom bunuh diri di Surabaya 2018, bom bunuh diri di Polresta Medan 2019, dan aksi-aksi teror yg lain dalam 5 tahun terakhir selalu melibatkan anggota dan simpatisan JAD - yang dipimpin ustad Oman Abdurrahman yang mendukung ISIS," pungkasnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ditemukan Bagian Tubuh Manusia

Polisi Amankan Jenazah Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Katedral Makassar
Polisi membawa tas berisi jenazah tersangka pelaku bom bunuh diri setelah ledakan di luar sebuah gereja di Makassar (28/3/2021). Kapolda Sulsel Irjen Merdisyam menduga, ledakan yang terjadi di Gereja Katedral Makassar diduga akibat bom bunuh diri. (AFP/Indra Abriyanto)

Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menyampaikan pihaknya tengah mendalami terkait adanya kaitan jaringan teroris yang terlibat dalam insiden ledakan yang terjadi di jalan Kartini, depan Gereja Katedral, Kota Makassar pada Minggu (28/3), pagi ini.

"Kemudian berkiatan dengan kegiatan ini suatu kegiatan teroris atau bukan. Tentunnya diperintah bapak Kapolri bahwa siang ini Kadensus berangkat ke Makassar berserta tim," kata Argo saat jumpa pers, di Mabes Polri, Minggu (28/3).

Menurutnya, saat ini seluruh tim baik dari Polda Sulawesi Sekatan, Polrestabes Makassar dan personil lainnya sedang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dengan menyisir seluruh temuan barang bukti yang ada di lokasi ledakan.

Pencarian beberapa barang bukti itu bertujuan untuk mengetahui rakaian ledakan yang terjadi, apakah akibat ledakan high atau low explosive, termasuk keterangan sejumlah saksi-saksi di TKP untuk dimintai keterangan.

"Apakah itu nanti berupa suatu bom yang dibuat itu high explosive atau low. Sehingga dari situ tentunya kita bisa mengetahui jaringan apa yang melakukan ini. Tentunya untuk jariangannya apa kita masih melakukan penyelidikan," kata Argo.

Sementara akibat ledakan ini, Polisi menemukan sejumlah bagian tubuh dan kendaraan yang sudah hancur di TKP ledakan halaman Gereja Katedral, Makassar, Minggu (28/3) pagi. Pelaku bom bunuh diri diketahui berjumlah dua orang berboncengan motor hendak masuk ke gereja, namun dicegah petugas sekuriti.

“Itu dari hasil informasi di lapangan ada ditemukan kendaraan sudah hancur dan potongan daripada tubuh. Ini jadi bagian penyidik untuk meyakinkan potongan tersebut adalah pelaku,” jelas Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Argo Yuwono.

Dari peristiwa tersebut setidaknya ada 14 orang yang menjadi korban. Di antaranya, sekuriti gereja dan jemaat gereja.

Argo mengatakan, tiga korban dibawa ke RS Stellamaris. Rata-rata korban mengalami luka di baigan leher, dada, muka, tangan dan kaki.

“Ada juga sekuriti luka di bagian perut dan kepala. Ada luka lecet di tangan dan kaki tiga orang itu,” terang Argo.

Korban lainnya yang berjumlah 7 orang dibawa ke RS Akademis Makassar. Mereka luka karena terkena serpihan bom di kaki, betis, paha.

“Sudah kita lakukan pengobatan,” jelas Argo.

Sementara empat orang lain dirawat di RS Telamonia. Mereka juga luka karena serpihan bom.

“Mengenai paha, betis, ada di kepala, mata, muka beberapa karena percikan tadi. Jadi total da 14 korban. Sekarang masih dalam perawatan,” tegas Argo lagi. 

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya