Survei LSI: Warga Berpendidikan Rendah Cenderung Tak Percaya Vaksin Covid-19 Halal

LSI mencatat 31,4 persen mereka yang tamatan atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD) mengaku sangsi akan kehalalan vaksin Covid-19.

oleh Yopi Makdori diperbarui 19 Jul 2021, 03:15 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2021, 03:15 WIB
FOTO: Antusiasme Warga Bali Ikuti Vaksinasi Massal COVID-19
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin virus corona COVID-19 AstraZeneca di Denpasar, Bali, Sabtu (26/6/2021). Ratusan warga terlihat antusias mengikuti vaksinasi massal tersebut. (SONY TUMBELAKA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Survei Indonesia (LSI) menemukan bahwa kepercayaan akan kehalalan vaksin Covid-19 cenderung rendah pada kelompok masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan menengah ke bawah.

Hal itu diungkap oleh Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam rilis survei LSI yang bertajuk "Sikap Publik terhadap Vaksin dan Program Vaksinasi Pemerintah" pada Minggu, 18 Juli 2021.

"Di kalangan masyarakat yang (berpendidikan) menengah ke atas cenderung percaya dengan tingkat kehalalan vaksin," ujar Djayadi.

LSI mencatat 31,4 persen mereka yang tamatan atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD) mengaku sangsi akan kehalalan vaksin Covid-19. Angka ini cukup tinggi jika dibanding mereka yang mengenyam pendidikan tinggi, yakni di jenjang lulusan Strata 1 (S-1), mereka yang tidak percaya kehalalan vaksin hanya berada di angka 17,6 persen.

Jika dibaca secara global, angka responden yang tidak mempercayai kehalalan vaksin Covid-19 berkisar 25,8 persen. Sementara 69 persen responden mengaku yakin akan kehalalan vaksin. Sisanya memilih untuk tidak menjawab.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Metode Survei

Menurut Djayadi, survei itu dilakukan pada 20-25 Juni 2021 dengan mewawancarai responden melalui telepon. Responden adalah mereka yang telah terpilih secara acak berdasarkan survei nasional yang dilakukan LSI sejak tiga tahun terakhir. Margin of error survei dipatok pada angka kurang lebih 2,88 persen.

"Ada 7.477 responden yang kami telepon dan yang berhasil diwawancarai itu ada 1.200 responden," jelas dia.

Ia memastikan bahwa sampel survei terdistribusikan secara proporsional mulai dari segi gender, wilayah, usia, agama, dan juga etnis.

"Mungkin ada beberapa yang kurang proporsional karena survei melalui telepon misalnya soal tingkat pendidikan dan lainnya. Tapi secara umum sampel ini menggambarkan karakteristik populasi secara nasional," pungkas Djayadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya