Epidemiolog Sarankan Pemerintah Tak Perpanjang PPKM Level 3-4, Ini Alasannya

Pemerintah dapat melalukan strategi lain apabila anggaran yang dimiliki saat ini tak cukup untuk mendukung kebutuhan masyarakat di masa PPKM.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 02 Agu 2021, 11:21 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2021, 11:21 WIB
FOTO: Mal Tutup Sementara Selama Masa PPKM Level 4
Seorang pria beraktivitas di Teras Kota Mall, BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (22/7/2021). Tempat yang tak tutup di antaranya restoran, supermarket, pasar swalayan, dan apotek/toko obat/optik serta vaksinasi yang dilakukan di pusat perbelanjaan/mal/pusat perdagangan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyarankan pemerintah tak memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 dan 4, apabila tak mampu memberikan dukungan finansial kepada masyarakat rawan. Adapun kebijakan PPKM level 3 dan 4 akan berakhir pada hari ini, Senin (2/8/2021).

"Ya sebetulnya kalau mau diteruskan pertama yang harus dipertimbangkan itu adalah dan ini yang tau pemerintah ya, ada tidak resources-nya secara finansial untuk mendukung masyarakat rawan, insentif sosial ekonomi," jelas Dicky kepada Liputan6.com, Senin (2/8/2021).

"Ini penting untuk keberhasilan (PPKM). Kalau tidak ada, ya jangan dipaksakan karena memang sifatnya PPKM strategi penguatan, bukan strategi utama," sambungnya.

Menurut dia, pemerintah dapat melalukan strategi lain apabila anggaran yang dimiliki saat ini tak cukup untuk mendukung kebutuhan masyarakat di masa PPKM. Misalnya, dengan mengejar 3T (testing, tracing, dan treatment), protokol kesehatan, dan vaksinasi Covid-19.

"Jadi yang harus dilakukan, triasnya itu 3T, 5M dan vaksinasi yang harus dilakukan dan itu harus bener-bener komitmen tinggi, bukan hanya wacana," katanya.

Berdasarkan evaluasi, kata Dicky, kasus konfirmasi Covid-19 selama kebijakan PPKM berlangsung 3 sampai 30 Juli 2021 mengalami kenaikan. Pada 3 Juli, kasus konfirmasi Covid-19 berada di angka 85,07 persen per 1 juta.

"Sekarang terakhir datanya per 30 Juli itu 151,44 (persen). Itu kasus terinfeksi per 1 juta, itu kan berarti besar masih tinggi," ucap Dicky.

Sementara itu, angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 pada 3 Juli 2021 berada di 1,36 persen sedangkan per 30 Juli ada di 1,05 persen. Meski mengalami penurunan, Dicky menyebut angka ini tak selaras dengan positivity rate.

Angka kematian akibat virus corona berada di angka 1,72 persen per 1 juta pada 3 Juli 2021. Namun, mengalami peningkatan menjadi 6,12 persen per 1 juta pada 30 Juli 2021.

"Case fatality rate dari 3,44 pada 3 Juli menjadi 3,5 persen pada 30 Juli" ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kabar Baik Vaksinasi

Dicky menuturkan, tes Covid-19 mengalami penurunan dari 4,1 persen untuk menemukan satu kasus pada 3 Juli menjadi 3,8 persen pada 30 Juli 2021. Dia mengakui angka-angka tersebut menandakan bahwa pandemi Covid-19 belum terkendali baik.

Disisi lain, jumlah capaian vaksinasi Covid-19 meningkat dari sebelumnya di angka 5,1 persen yang telah menerima vaksin dua dosis menjadi 7,19 persen. Dicky menyampaikan kabar baik di tengah lonjakan kasus virus corona.

"Ini kabar baik di tengah indikator-indikator kunci masih tinggi termasuk angka kematian," pungkas Dicky.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya