Ancaman Gelombang 3 Covid-19 Jelang Nataru, KSP: Bukan Menakut-Nakuti

Kantor Staf Presiden (KSP) menghimbau semua masyarakat untuk tidak terlena dengan semakin terkendalinya situasi Covid-19 di Indonesia.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 11 Des 2021, 09:57 WIB
Diterbitkan 11 Des 2021, 09:57 WIB
FOTO: Antisipasi Gelombang Ketiga, PPKM Level 3 Bakal Diberlakukan di Seluruh Indonesia Saat Nataru
Pengendara melintas di depan mural protokol kesehatan COVID-19 di Jakarta, Minggu (21/11/2021). Untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19, pemerintah akan menerapkan kebijakan PPKM Level 3 untuk seluruh wilayah Indonesia selama masa libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Staf Presiden (KSP) menghimbau semua masyarakat untuk tidak terlena dengan semakin terkendalinya situasi Covid-19 di Indonesia. Pasalnya, ada ancaman gelombang ketiga Covid-19, terutama menjelang perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru).

"Pemerintah tidak ingin menakut-nakuti, tapi meningkatkan kewaspadaan. Pemerintah mempelajari kasus yang telah ada dari berbagai negara lain yang terkena lebih dahulu dan kita tidak ingin kondisi pontang-panting terjadi lagi di Indonesia," kata Tenaga Ahli Utama KSP Abraham Wirotomo dikutip dari siaran persnya, Sabtu (11/12/2021).

Dia mengajak masyarakat di Kota Salatiga, Jawa Tengah bekerja sama dengan pemerintah menangkal munculnya gelombang ketiga Covid-19. Abraham menjelaskan kondisi virus corona menjelang Nataru yang sangat dinamis mengharuskan pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan penanganan Covid-19.

"Kondisi menjelang Nataru sangat dinamis, banyak perubahan yang membuat Pemerintah pun harus menyesuaikan kebijakan," jelasnya.

"Di sini kami hadir untuk mendengar masukan dari masyarakat. Sebagaimana disampaikan Presiden, pandangan masyarakat harus didengarkan karena Indonesia tidak mungkin bisa berhasil melawan pandemi tanpa dukungan masyarakat," sambung Abraham.

Kluster Sekolah

Sementara itu, Salatiga adalah kota menjadi contoh dalam pengendalian gas dan rem Covid-19. Namun, Kota ini sempat diguncang oleh penemuan kluster di salah satu Sekolah Dasar (SD) dengan belasan guru dan pelajar dinyatakan terpapar Covid-19 pekan lalu.

Pemerintah Kota Salatiga pun memutuskan untuk menghentikan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sekolah tersebut.

"Kita sudah 3 bulan mencatatkan kematian 0 akibat COVID-19, begitu juga dengan kasus baru. Salatiga terkenal cepat mencari kontak erat. Namun perlu diakui masih banyak masyarakat yang tidak mau diperiksa meski kontak erat dengan pasien COVID-19," tutur Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Siti Zuraidah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya